Perbedaan Strain dan Sprain

sprain strain

Sprain didefinisikan sebagai meregangnya ligament yang menopang tulang dan sendi. Ligament adalah jaringan ikat yang menghubungkan tulang dan sendi. Jatuh, terpeleset dan keseleo, dapat menyebabkan sprain. Angkel (sendi tumit), dan sendi pergelangan adalah lokasi tersering dari sprain.

Gejala yang ditimbulkan dari sprain adalah nyeri, pembengkakan, memar dan penurunan gerakan sendi. Anda mungkin merasakan juga rasa seperti ada yang robek dan nyeri yang mendalam ketika sprain ini terjadi.

Bacaan Lainnya

Strain adalah peregangan dari otot atau tendon. Tendon adalah jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang. Biasanya berupa origo dan insersio. Tendon insersio lebih panjang. Terpelintir, terpuntir nya anggota gerak, maka dapat memicu strain.

Strain dapat terjadi tiba-tiba. Otot punggung dan otot hamstrikng adalah lokasi tersering terjadinya strain. Banyak orang terutama atlet dan olahragawan, yang mengalami strain. Gejala yang ditimbulkan meliputi nyeri, spasme pada otot, pembengkakan dan ketidakmampuan menggerakan otot.

Klue dan karateristik untuk membedakan dan memudahkan kita mengingatnya adalah, strain ada huruf “t” artinya terjadi pada otot, sedangkan Sprain tidak terdapat huruf “t”, artinya lawannya otot yakni ligament.

Bagaimana Pertolongan pertamanya?

Tatalaksana dan pengobatan awal baik sprain dan strain adalah mengistirahatkan area yang cidera. Kemudian, dianjurkan untuk membalutnya dengan perban (bandage), dan alat yang mempunyai mekanisme menekan/mengkompresi area cidera. Lalu, diberikan pengobatan seperti obat antinyeri baik berupa topical (salep), maupun oral. Terapi lebih lanjut adalah dengan fisioterapi, dimulai latihan fisik olahraga ringan serta terapi latihan fisik untuk mengembalikan fungsi gerakan. Prinsip pengobatan lainnya adalah dengan RICE.

Baca Juga:  Teknik Operasi Bedah Gastroschisis

Apa itu RICE?

RICE singkatan dari Rest, Ice, Compression dan Elevation.

  1. Rest (R): artinya seseorang tersebut mengistirahatkan area yang cidera, meminimalkan gerakan, melepaskan dan melonggarkan apa yang menempel seperti kaos kaki, sepatu, gelang, dan lain lain, serta menggantinya dengan alat penekan seperti bandage.
  2. Ice (I) : mengkompres area luka dengan benda dingin. Yang sering digunakan adalah ice pack. Dengan mendinginkan area luka, maka akan menurunkan kecepatan terbentuknya pembengkakan. Prinsipnya es jangan menempel langsung pada kulit, tetapi harus dilapisi kain atau handuk. Prinsip selanjutnya, jangan memberikan Ice, melebihi 20 menit. Hal ini untuk mencegah terjadinya trauma dingin akibat kontak dengan es.
  3. Compression (C) : melakukan penekanan pada area luka dengan tujuan mengkontrol pembengkakan dan imobilisasi area cidera. Penekanan dapat dilakukan dengan bandage atau mitela atau apapun yang dapat menekan seandainya dalam keadaan darurat dan tidak ditemukan bandage.
  4. elevation (E) : melakukan peninggian dan menaikkan area cidera diatas jantung. Untuk elevasi ini dilakukan apabila diperlukan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *