Ketahui Penyebab HIP Dysplasia Bayi dan Perawatannya

HIP dysplasia

HIP dysplasia bayi atau Developmental Dysplasia of the HIP (DDH) merupakan salah satu bentuk kelainan yang penting untuk diketahui para orang tua. Walaupun termasuk sulit diketahui di Indonesia, tetapi informasi mengenai penyakit ini tetap perlu dipahami.

Kelainan ini memang sulit diketahui sebab di Indonesia masih minim skrinning bayi yang baru lahir. HIP dysplasia sendiri merupakan suatu kelainan pada tulang pinggul dan bisa dialami sejak baru dilahirkan.

Bacaan Lainnya

Pada bagian tulang tersebut, terdapat ball dan socket joint yang seharusnya terpasang dengan pas. Jika tidak demikian, hal tersebut berarti seseorang terkena Developmental Dysplasia of the HIP atau (DDH)1Nandhagopal T. 2022. Developmental Dysplasia Of The Hip. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan..

Ketahui Penyebab HIP Dysplasia Bayi

Secara sederhana, gangguan ini adalah saat tulang paha tidak menyatu dengan panggul seperti seharusnya. Sendi panggul longgar sebab soket pinggul terlalu dangkal serta kepala Femur (Caput Femur) tidak terpegang erat di tempatnya.

Kelainan ini sudah dapat terlihat sesaat usai bayi lahir, ketika dilakukan pemeriksaan fisik. Setidaknya terdapat 4 penyebab yang perlu Anda ketahui sebagai orang, yakni sebagai berikut.

1.     Ruang Rahim Padat

Penyebab pertama dari HIP dysplasia bayi adalah padatnya ruang rahim. Pada awalnya, sendi pinggul merupakan tulang rawan lunak yang mengeras secara bertahap sehingga ruang rahim menjadi sangat padat.

Kondisi demikian membuat sendi panggul bergerak keluar dari posisi seharusnya serta soket kurang dalam untuk menahan kepala Femur pada tempatnya. Padatnya rahim juga bisa dipicu bayi besar dan ukuran bokong.

Baca Juga:  Mengenal Ewing Sarcoma (Tumor Ganas Tulang) dan Gejalanya

Bagian rahim yang menekan pinggul juga bisa memicu terjadinya kelainan satu ini. DDH menjadi berkembang apabila posisi si kecil di dalam rahim memberikan tekanan kepada pinggulnya.

2.     Genetik

Penyebab kedua adalah faktor genetik, artinya DDH bisa diturunkan oleh keluarga yang sudah terlebih dahulu mengalaminya. Gen yang berperan pada DDH pada populasi Asia adalah COL2A1, DKK1, HOXB9, HOXD9, WISP3. Selain itu, bisa juga karena kondisi bawaan sejak lahir sudah dalam keadaan HIP dysplasia.

3.     Kekurangan Hormon Estrogen

Penyebab ketiga ialah kekurangan hormon estrogen karena perkembangan buah hati di dalam rahim dipengaruhi hormon tersebut. Kurangnya hormon estrogen berisiko membuat ligamen pinggul bayi menjadi sedikit lebih longgar.

4.     Cara Menggendong

Cara menggendong yang salah ternyata juga dapat memicu terjadinya DDH. Para ahli tulang mengimbau para orang tua supaya tidak menggendong si kecil dalam keadaan kakinya memanjang ke bawah.

Selain itu, posisi pinggulnya juga tidak boleh terbuka terlalu lebar karena kepala femur akan berada dekat dengan soket. Posisi tersebut akan mendorong pendalaman soket sehingga perlu lebih berhati-hati.

HIP Dysplasia Bayi, Bagaimana Gejalanya?

Penyakit ini bisa merusak tulang rawan di persendian saat usia remaja atau dewasa muda. Bahkan menimbulkan adanya rasa sakit apabila persendian tidak stabil sampai terjadinya dislokasi2Gkiatas I. 2019. Developmental dysplasia of the hip: a systematic literature review of the genes related with its occurrence. EFORT Open Rev . 2019 Oct 1;4(10):595-601. doi: 10.1302/2058-5241.4.190006. eCollection 2019 Oct..

  • Pada bayi, gejalanya dapat dilihat apabila terdapat salah satu kaki lebih panjang dibanding lainnya.
  • Umumnya, pinggul bagian kiri lebih panjang dibanding bagian kanan sehingga orang tua perlu waspada jika menjumpainya.
  • Gejala HIP dysplasia bayi dapat disadari ketika Anda sedang mengganti popoknya.
  • Jika salah satu pinggulnya kurang fleksibel atau terdapat lipatan pada kulit paha, serta adanya perbedaan gerakan antara kedua pinggulnya.
  • Sesaat setelah dilahirkan, dokter akan memeriksa si kecil apakah persendiannya cocok.
  • Apabila ternyata dokter menduga buah hati Anda kemungkinan mengalami kelainan ini, biasanya akan dilakukan USG selama 3 bulan pertama.
Baca Juga:  Penyebab dan Gambaran Radiologi Osteosarkoma serta Pengobatannya

Berbeda dengan bayi, penderita remaja atau dewasa muda berisiko menyebabkan komplikasi menyakitkan. Mulai dari robekan labral pinggul atau osteoartritis, nyeri pangkal paha, hingga sensasi ketidakstabilan pinggul.

Tentang Tes Barlow dan Tes Ortholani Pada HIP Dysplasia

Pada penderita di usia ini, pemeriksaan oleh dokter juga berbeda, yakni mengecek kemiringan panggul dan perbedaan panjang kaki. Dokter juga akan memeriksa pengecilan otot serta daya rekat soket dan bola. Tes pemeriksaan DDH dengan Tes Barlow dan Tes Ortholani.

  • Tes Barlow : Pemeriksa akan mengadduksi HIP ketika memberikan gaya ke posterior dari lutut, untuk memicu dislokasi di HIP joint. Tes positif bila. caput femur terdislokasi posterior dari acetabulum Dislokasi ini teraba pada tepi acetabulum. Diagnosis ini dikonfirmasi dengan Tes Ortholani.
  • Tes Ortholani : Pemeriksa akan mengabduksi HIP dan memberikan gaya ka anterior dari femur untuk mereduksi dislokasi dari HIP joint. Hasil positif bila, caput femur tereduksi ke acetabulum, teraba dan terdapat suara “clunk” ketika caput femur kembali ke acetabulum.

Perawatan HIP Dysplasia Bayi, Begini Penjelasannya

Anak-anak yang menderita kelainan DDH memerlukan perawatan beserta alat khusus guna menyamakan kaki sekaligus membenarkan postur pinggulnya. Setidaknya terdapat 5 perawatan bagi penderita HIP dysplasia sebagai berikut3Alfonso VP. 2019. Developmental dysplasia of the hip: update of management. EFORT Open Rev . 2019 Sep 17;4(9):548-556. doi: 10.1302/2058-5241.4.180019. eCollection 2019 Sep..

1.     Pavlik Harness

Pavlik harness merupakan suatu alat untuk dipasang pada bayi berusia kurang dari 6 bulan. Kegunaannya ialah menumpu kakinya dengan posisi pinggul membungkuk supaya kembali ke posisi normalnya.

2.     Spica Cast

Selain pavlik harness, ada juga alat bernama spica cast guna menyeimbangkan posisi kaki, pinggang, serta panggul. Perbedaannya adalah alat ini diaplikasikan apabila usia buah hati Anda lebih dari 6 bulan.

Baca Juga:  Osteoporosis: Penyabab, Apa dan Bagaimana

3.     Operasi

Jika penggunaan pavlik harness dinilai kurang membantu, biasanya akan dilakukan operasi. Operasi dilakukan adalah reduksi guna mengembalikan kepala femoralis ke posisi aslinya atau socket joint.

4.     Splints

Perawatan HIP dysplasia bayi lainnya adalah menggunakan plester paris atau splints and casting. Alat ini digunakan sesudah operasi sebagai pengganti dari pavlik harness dan juga spica cast.

5.     Terapi Fisik

Setelah menggunakan spica cast, anak tentunya membutuhkan latihan guna mendapatkan gerakan sebagaimana mestinya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan terapi fisik sekaligus sebagai cara untuk membangun kekuatan otot kakinya. Baca juga tentang Kaki Pengkor CTEV.

Walaupun dokter biasanya mengungkapkan bahwa tidak banyak yang bisa dilakukan saat kelainan bawaan, tetapi Anda tetap harus optimis. Tetap harus dilakukan perawatan dan konsultasi dengan dokter terkait HIP dysplasia bayi.

References

  • 1
    Nandhagopal T. 2022. Developmental Dysplasia Of The Hip. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan.
  • 2
    Gkiatas I. 2019. Developmental dysplasia of the hip: a systematic literature review of the genes related with its occurrence. EFORT Open Rev . 2019 Oct 1;4(10):595-601. doi: 10.1302/2058-5241.4.190006. eCollection 2019 Oct.
  • 3
    Alfonso VP. 2019. Developmental dysplasia of the hip: update of management. EFORT Open Rev . 2019 Sep 17;4(9):548-556. doi: 10.1302/2058-5241.4.180019. eCollection 2019 Sep.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *