Regulasi Hormonal Tulang

Kalsium dan Fosfat

Kadar normal kalsium serum 2,2 – 2,6 mmol/L. Absorbsi di intestinal ditingkatkan oleh 1,25-dihydrocholecalciferol ( 1,25-DHCC ). Ekskresi  kalsium urine 2,5 – 10,0 mmol/24 jam. Bila defisit kalsium bersifat persisten maka terjadi mobilisasi  kalsium tulang dengan meningkatkan resorbsi tulang.

Bergesernya kompensasi dari absorsi intestinal, ekskresi ginjal, dan bone remodelling diatur oleh hormon parathyroid,dan 1,25- DHCC. Konsentrasi fosfat serum 0,9 – 1,3 mmol/L. Absorbsi di usus sebanding jumlah yang dimakan , ekskresi ginjal sangat efisien dan reabsorbsi 90 % di tubulus proksimal yang pengaturannya oleh hormon parathyroid.

Bacaan Lainnya

Parathyroid hormon (PTH)

Hormon ini berfungsi menjaga kadar kalsium pada serum sehingga kadar dan sekresi hormon ini sangat dipengaruhi kadar kalsium pada serum. Target organnya tubulus renal, tulang, dan intestinal.

Pada tubulus renal  PTH merespon cepat penurunan kalsium plasma dengan meningkatkan resorbsi kalsium urine dan menghambat resorbsi fosfat urine. Pada tulang PTH meningkatkan aktivitas osteoclast, dan secara tidak langsung dengan mengaktifkan osteoblast untuk menyiapkan permukaan tulang yang akan diresorbsi dan memulai kemotaksis osteoclast.

PTH juga menstimulasi osteolysis oleh osteocyte.Pada usus PTH secara tak langsung meningkatkan resorbsi kalsium dengan cara meningkatkan absorbsi vitamin  D yang akan dikonversi menjadi metabolit aktif di ginjal.


Kalsitonin

Disekresi oleh sel C kelenjar thyroid, bekerja berlawanan dengan fungsi PTH. Hal ini terjadi khususnya ketika bone turn over  begitu tinggi seperti pada paget disease.  Sekresinya distimulasi oleh kenaikan konsentrasi kalsium plasma di atas 2,25 mmol/L.

Baca Juga:  Gagal Ginjal Akut pada Anak : Gejala, Pemeriksaan dan Tatalaksana

Vitamin D

Vitamin D3 ( Cholecalciferol ) diperoleh dari 2 sumber. Secara langsung dari makanan, dan secara tak langsung dari efek sinar ultraviolet pada sel  prekursor di kulit.Vitamin D3 sendiri tidak aktif, akan diubah oleh hepar menjadi 25- hydrocholcalciferol (25-HCC) yang merupakan metabolit aktif.

Oleh ginjal zat ini akan diubah menjadi 1,25 dihydrocholecalciferol(1,25-DHCC) yang merupakan metabolit yang sangat aktif. Zat ini menstimulasi absorbsi kalsium di usus dan meningkatkan resorbsi tulang. Peningkatan PTH dan fosfat plasma akan meningkatkan 1,25-DHCC. Begitu juga sebaliknya.

Di tulang 1,25-DHCC menstimulasi resorbsi oleh osteoclast dan peningkatan transport kalsium. Juga secara tak langsung mempengaruhi pembentukan tulang karena dengan peningkatan absorbsi kalsium dan fosfat di usus akan meningkatkan mineralisasi osteoid.


Hormon lain

Estrogen menstimulasi absorbsi  kalsium  dan melindungi tulang dari pengaruh  PTH. Efek withdrawl hormon ini    menyebabkan oeteoporosis. Kortikosteroid adrenal juga menyebabkan osteoporosis dengan meningkatkan resorbsi tulang ,   menghambat pembentukan tulang, menurunkan absorbsi kalsium intestinal, dan menginaktifkan sintesis  kolagen.

Thyroxin, hormon ini akan memicu resorbsi tulang yang pada akhirnya dapat membentuk tulang. Hormon ini lebih dominan proses resorbsinya, sehingga apabila berlebih kadarnya seperti pada hipertiroid, sering dikaitkan proses resorbsi atau pembongkaran tulang seperti pada penyakit osteoporosis.

Faktor lokal antara lain  somatomedin C  (Insulin –like growth factor I ) dihasilkan  oleh osteoblast akan meningkatkan proliferasi osteoblast. Transforming growth factor dapat menstimulasi   aktivasi osteoblast.

Interleukin  (IL-1) dan osteoclast activating factor (OAF), cytokines adalah faktor yang kuat pada resorbsi tulang, Zat ini diperkirakan berperan terjadinya osteoporosis pada inflamasi, multiple myeloma, dan tumor ganas lain. Tekanan mekanik  dibuktikan oleh Wolft (sebagai wolft law) berperan pada   tulang.

Pada berat badan menurun, prolonged  bed rest,  inaktivitas, kelemahan muskuler  dan imobilisasi  anggota gerak dapat mengakibatkan osteoporosis. Stimulasi elektrik terjadi  pada  bagian dimana terjadi kompresi akan bermuatan negatif dan bagian bertekanan rendah  bermuatan positip.

Baca Juga:  Reumatoid Artritis – Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologis (Part. 3 of 4)

Oleh Brighton & Cluskey  dapat mempengaruhi  pembentukan dan resorbsi tulang. Peningkatan temperatur dan oksigen meningkatkan pembentukan tulang.  Keseimbangan asam basa  mempengaruhi resorbsi tulang . Pada asidosis  kronik resorbsi  meningkat dan akan menurun pada alkalosis .

Peningkatan fosfat (pyrophosphate)  menghambat resorbsi tulang. Prinsip ini digunakan dalam terapi biphosphonate.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *