Limfogranuloma Venerum (LGV) : Bengkak, Kemerahan dan Nyeri area Genital

LGV

Limfogranuloma Venerum (LGV) adalah penyakit menular yang jarang terjadi dan disebabkan oleh klamidia trakomatis. LGV didunia, ternyata endemis pada area di afrika, asia tenggara, india, dan amerika selatan. Sangat jarang kejadiannya pada Negara maju.

LGV adalah subtype ulkus genital dari herpes simpleks tipe 2, sifilis dan kankroid. Penyakit ini dicirikan dengan papul di genital, atau ulkus yang diikuti nyeri daerah inguinal dan limfadenopati area femoral. Pasien dengan LGV dapat muncul lesi berupa ulkus di rectum, dan tanda proktolitis, terutama seseorang yang berhubungan seksual pada area anal. Pada kasus ini, sering dijumpai nyeri rectum, cairan, dan perdarahan yang sulit dibedakan perdarahannya dari saluran cerna seperti colitis atau dari LGVnya. Apabila tidak diobati, maka ulkus akan membesar, terutama pada genital eksterna dan penyumbatan limfatik sering terjadi.

Bacaan Lainnya

Bagaimana Patofisiologinya?

Klamidia trakomatis termasuk bakteri obligat intraseluler, dengan 15 jenis serotype, dan serotipe yang menyebabkan LGV adalah serotipe L1, L2 dan L3. Infeksi didapat setelah kontak langsung kulit, ataumembran mukosa dengan penderita yang terindeksi LGV. Organisme dari LGV tidak penetrasi melalui kulit, tetapi organisme ini berjalan di pembuluh limfatik pada limfonodi regional, dan replikasi dengan makrofag, kemudian menyebabkan infeksi sistemik. Penularan utama melalui hubungan seksual, dan penularan lain dapat dari kecelakaan laboratorium, muntah dan nonkontak seksual.

LGV terjadi pada 3 fase. Fase pertama sering tidak dikenali, dimana terjadi penyembuhan cepat, tidak nyeri dengan papul dan pustule di area genital. Fase kedua, terdiri dari nyeri di area limfonodi inguinal, terjadi 2-6 minggu setelah lesi pertama muncul. Fase ketiga, terjadi pada wanita, dan sering terjadi beberapa tahun setelah infeksi pertama dan dicirikan terjadi proktocolitis.

Baca Juga:  Sindrom Waardenburg : Gejala, Tipe hingga Pengobatan

Bagaimana Tanda dan Gejalanya?

Tanda dan gejala dari LGV, terdiri dari beberapa fase. Untuk lebih lengkapnya, perhatikan penjelasan berikut ini:

  1. Fase 1 (LGV primer)

Pase ini terjadi 3-30 hari setelah inokulasi. LGV primer dimulai dengan muncul papul dan pustule kecil, tidak nyeri, dapat berupa erosi kecil, asimtomatik, seperti bintil herpes, dan menghilang secara cepat tanpa menimbulkan bekas skar. Lokasi infeksi paling sering di sulkus koronarius, preputium, gland penis, dan skrotum pada laki-laki. Gejala uretritis jarang terjadi. Lokasi infeksi pada perempuan, yakni dinding vagina belakang, servik posterior, dan vulva. Lesi awal, biasanya tidak diketahui dan tidak dikenali oleh pasien.

Pada pemeriksan fisik, ditemukan lesi kecil, papul, tidak nyeri, dengan ulkus dan berbentuk seperti lesi herpes diarea genital, uretra, vagina atau rectum. Lesi awal biasanya seperti lesi herpes, tetapi tidak nyeri. Kadang sulit dibedakan dengan ulkus sifilis, oleh sebab itu pemeriksaan serologis kadang dibutuhkan untuk membedakannya.

  1. Fase 2 (LGV sekunder)

LGV sekunder dimulai 2-6 minggu setelah lesi primer muncul. Pada fase ini, nyeri pada limfadenopati regional )seringnya inguinal dan femoral) muncul. Nyeri, pembengkakan limfonodi, dapat terjadi. Sekitar 20-30% LGV pada perempuan terjadi limfadenopati inguinal, dan melibatkan limfonodi perirectal dan iliaka interna yang disertai nyeri punggung dan nyeri perut. Pada fase ini paling mudah didiagnosis pada laki-laki, sedangkan pada perempuan lebih sulit didiagnosis karena tidak munculnya limfadenopati inguinal pada perempuan.

Gejala penyerta meliputi demam, menggigil, myalgia, dan malaisie. Gejala lain dapat bersifat sistemik, seperti muncul artritis, inflamasi ocular, keterlibatan kardiovaskuler, keterlibatan paru-paru, meningitis dan hepatitis.

LGV fase ini pada pemeriksaan didapatkan nyeri pada limfonodi unilateral, pembesaran limfonodi inguinal dan femoral dan terbentuk lekukan (sulkus) pada area femoral. Limfadenopati dihasilkan dari lesi preimer vulva depan, penis danuretra. Limfadenopati perirectal dan pelvis, berasal dari lesi primer vulva posterior, vagina dan anus.

  1. fase 3 (LGV tertier)

LGV tertier sering disebut dengansindrom genitoanorektal. Kondisi ini sering ditemukan pada perempuan, dengan gejala. Keterlibatan rectum sering ditemukan pada laki-laki yang berhubungan seksual homoseksual, dan pada perempuan yang berhubungan seksual dengan anus. LGV tertier dicirikan dengan proktokolitis. Gejala yang dapat ditemukan seperti sekret purulent bercampur darah, nyeri rectum dan tenesmus.

Baca Juga:  Tinea Capitis : Infeksi Jamur di Kepala

Pada pemeriksaan LGV tertier, ditemukan proktokolitis. Pasien sering ditemukan fistula perirectal, abses, striktur dan stenosis rektal. Hyperplasia dari intestinal dan limfatik perirectal dapat membentuk seperti ambien (hemoroid) yang kita sebut dengan limforoid.

Pasien kadang ditemukan striktur dan pembesaran, penebalan dan fibrosis pada labium mayor minor pada perempuan. Penyumbatan kronis limfatik dapat menjadi elephantiasis pada genital. Edema pada penis dan skrotum dapat juga ditemukan karena sumbatan limfatik disekitarnya.


Bagaimana Karateristik dan Klue pada Limfogranuloma Venerum?

  1. Disebabkan oleh klamidia trakomatis
  2. masa inkubasinya 5-20 hari
  3. gejala yang ditemukan berupa vesikel pada penis dan vagina transien, jarang disadari pasien.
  4. pada 2-6 mungu setelah vesikel hilang akan muncul peradangan pada bulboinguinal, dan sangat nyeri
  5. dapat disertai gejala penyerta seperti demam dan menggigil.

Bagaimana Pengobatan dan Pencegahannya?

Pengobatan dari penyakit LGV ini meliputi pemberian antibiotik dan drainase. Pemberian antibiotik seperti doksisiklin dan eritromicin masih di sarankan. Doksisiklin tidak disarankan pada ibu hamil dan menyusui. Untuk ibu hamil dan menyusui, dipilih eritromicin. Penderita harus berhenti sementara berhubungan seksual dengan pasangan. Kedua pasangan harus diobati paling tidak selama 60 hari untuk evaluasi. Untuk dosis dan pemberian, silahkan konsultasikan dengan dokter terdekat anda.

Tindakan pembedahan kadang diperlukan berupa aspirasi jarum, dan incise drainase pada limfonodi inguinal untuk mencegah pembentukan ulcerasi. Komplikasi pada fase ketiga, biasanya membutuhkan tindakan pembedahan ini.

Pencegahan yang dapat dilakukan ada beberapa. Fakta menunjukkan, sampai saat ini, belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah LGV. Kondom dapat menurunkan risiko transmisi penularan LGV tetapi tidak mencegah transmisi dari area ulkus yang tidak tertutup kondom.

Screening pada pasien dan penderita harus dilakukan, terutama pada area beresiko tinggi seperti lokalisasi, tempat prostitusi dan pekerja seks komersial apalagi homoseksual. Apabila anda mendapati penyakit seperti ini, maka segera konsultasikan dengan dokter terdekat anda.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *