Jenis Spina Bifida : Meningokel, Myelomeningokel dan Okulta

jenis spina bifida

Jenis spina bifida yang di kenal meliputi spina bifida meningokel, myelomeningokel dan okulta. Spina bifida adalah salah satu defek pada neural tube yang terjadi pada masa perkembangan fetus. Ini terjadi ketika medulla spinalis, otak atau meninges (selaput pelindung yang melapisi otak) tidak secara lengkap berkembangnya.

Kelainan kongenital ini terjadi pada sepanjang vertebra dan seringnya terlihat pada punggung bayi baru lahir berupa kantung cairan. Kantung cairan ini dapat disertai atau tanpa medulla spinalis. Bentuk lain, tidak berupa kantung, tetapi berupa tumbuh rambut pada punggung bayi.

Bacaan Lainnya

Apa saja Penyebab Spina Bifida?

Penyebab pasti dari kelainan ini  belum sepenuhnya diketahui terutama bagaimana mekanismenya. Adanya keterlibatan genetik dan faktor lingkungan diduga berperan. Anak dengan spina bifida diduga kekurangan asam folat dan vitamin B-9 yang berperan dalam spina bifida.

Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah : obesitas, ibu mengalami diabetes mellitus dan mengkonsumsi obat-obatant tertentu.

Apa saja Jenis Spina Bifida?

Terdapat 3 jenis spna bifida yaitu meningokel, myelomeningokel dan spina bifida okulta. Berikut penjelasannya:

  1. Spina Bifida Okulta

Jenis spina bifida ini adalah yang paling ringan. Jenis ini nama lainnya spina birida tersembunyi. Kelainan tipe ini tidak akan menimbulkan berbagai disabitilas dan tidak diketahui sampai bayi tumbuh dan berusia cukup. Pada jenis ini tidak terdapat bukaan pada punggung bayi, tetap hanyai berupa jarak yang renggang pada vertebra. Jenis ini tidak terdapat kelainan medulla spinalis dan syaraf.

  1. Spina Bifida Meningokel

Jenis ini meliputi kantung cairan yang terisi cairan serebrospinal di punggung bayi. Kantung tersebut tidak terdiri dari medulla spinalis. Karena tidak ada kerusakan syaraf, maka spina bifida meningokel hanya menyebabkan disabilitas minor ringan.

  1. Spina Bifida Myelomeningokel

Spina bifida tipe ini adalah jenis tersering dan yang paling menimbulkan manifestasi serius. Kelainan ini berupa adanya kantung pada punggung bayi dan didalamnya terdapat medulla spinalis dan serabut syaraf. Medulla spinalis dan serabut syaraf ini dapat rusak. Pada jenis ini, bayi dapat mengalami disabilitas dari derajat sedang hingga berat. Disabilitas ini meliputi : inkontinensia, kesulitan mandi, dan tidak daapat berjalan dan menelapakkan kaki.

Baca Juga:  Guillain Barre Syndrom (GBS) : Gejala, hingga Tatalaksana [Lengkap]

Bagaimana Tanda dan Gejala ketiga Jenis Spina Bifida?

Tanda dan gejala spina bifida berbeda satu sama lain, dan antar satu orang dengan orang lainnya juga berbeda tergantung jenisnya. Berikut penjelasannya:

  1. Spina Bifida Okulta

Terdapat gejala: jarak antar kedua vertebra, tidak adanya bukaan, tidak ada kantung terisi air, terdapat tanda lahir dan rambut di pungung, dan terdapat jaringan lemak tambahan yang tidak terdapat pada orang normal di punggung. Karena gejalanya yang tersembunyi, maka seseorang sering tidak mengetahui bahwa dia menderita spina bifida jenis ini.

  1. Spina Bifida Meningokel

Gejalanya meliputi adanya bukaan kecil pada punggung, kantung terlihat saat lahir, membrane terdorong keluar pada vertebra belakang, namun medulla spinalis masih tetap normal dan tidak terdapat gangguan paralisis. Membrane yang menonjol ini dapat ditangani dengan tindakan pembedahan.

  1. Spina Bifida Myelomeningokel

Gejalanya meliputi : adanya medulla spinalis yang terbuka, biasanya pada punggung bagian tengah hingga bawah, membrane dan medulla spinalis terdorong keluar dan terpapar keluar atau hanya dilapisi kulit tipis, terdapat paralisis kaki, sering kejang, deformitas pada kedua kaki, terdapat kelainan panggul, skoliasis dan gangguan pencernaan defekasi dan perkemihan buang air kecil.

Perbedaan Spina Bifida pada Anak dan pada Dewasa

Untuk anak-anak, pengobatan berfokus pada menentukan gejala dan disabilitas yang terjadi dan mencegah apa yang bisa dicegah. Rehabilitasi dan tindakan medis dilakukan selama perkembangan anak. Anak juga menerima fisioterapi jika terdapat gangguan disabilitas.

Pada dewasa, gejala mayor dan disabilitas baru terdeteksi. Mekanisme coping, obat-obatan dan terapi dapat dilakukan. Kebanyakan anak masih daapt sekolah dan bekerja tanpa ketergantungan. Adanya support lingkungan dapat membantu meminimalkan efek negatif terutama terkait aktifitas sehari-hari dan motivasi menjaga kualitas hidup.

Baca Juga:  Sindrom Serotonin : Gejala, Penyebab hingga Tatalaksana

Bagaimana Pengobatan Ketiga Jenis Spina Bifida?

Pengobatan spina bifida akan berbeda pada setiap orang karena gejala dan derajat keparahan berbeda setiap orang. Pada sebagian kasus, terutama spina bifida okulta tidak membutuhkan pengobatan berarti. Untuk spina bifida jenis meningokel dan myelomeningokel membutuhkan tindakan pembedahan pada saraf dan kantung di belakang.

Tindakan pembedahan akan menutup vertebra yang terbuka. Kadang diletakkan shunt untuk mencegah komplikasi. Pembedahan ini dilakukan segera setelah lahir. Pada beberapa kasus, pembedahan prenatal dilakukan.

Selama pembedahan, gejala dan disabilitas dapat masih muncul. Paralisis dan gangguan pencernaan defekasi serta gangguan buang air kecil mungkin masih dapat dirasakan selama kehidupan. Pengobatan dan terapi lain meliputi: tindakan pembedahan lain, medikamentosa, fisioterapi, rehabilitasi medis dan latihan berjalan.

Bagaimana Pencegahan Spina Bifida?

Spina bifida terjadi pada kehamilan. Kebanyakan wanita tidak mengetahui kelainan ini saat lahir. Jika anda ingin hamil, maka harus melakukan pencegahan. Pencegahan tersebut meliputi:

  1. Mengkonsumsi asam folat yang cukup sesuai anjuran dokter
  2. Makan makanan sayuran, kacang, dan makanan lain yang tinggi asam folat
  3. Jika anda memiliki diabetes, maka harus dikendalikan terutama ketika hamil
  4. Jika obesitas, maka konsultasilah dengan dokter dan ahli gizi terkait diet dan olahraga terbaik yang dilakukan saat hamil
  5. Tetap jaga tubuh anda sehat dan hindari panas seperti berjemur, sauna dan demam.

Demikian penjelasan yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat. Salam DokterMuslim.com

Oleh: dr. M. Wiwid Santiko
Kudus, 24 Juni 2017

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *