Jenis Insulin Basal : Manfaat, Dosis hingga Efek Samping

jenis insulin basal

Jenis insulin basal meliputi  insulin kerja sedang, insulin kerja lambat (long acting), dan insulin kerja sangat lambat (Ultra long acting). Insulin basal sendiri digunakan untuk menjaga kadar stabilitas gula darah selama periode puasa, terutama ketika tidur.

Ketika penderita diabetes melitus sudah tidak dapat ditangani dengan obat oral, atau ada kondisi medis tertentu, maka insulin basal menjadi pilihan. Ketika sedang puasa, hepar terus berlanjut untuk mensekresi glukosa ke dalam darah. Insulin basal ini akan mengendalikan kadar glukosa darah ini.

Bacaan Lainnya

Tanpa insulin, maka kadar gula darah akan meningkat. Insulin basal ini akan memastikan bahwa sel akan secara teratur mendapatkan glukosa untuk diubah menjadi energi, sehingga dapat beraktifitas seperti orang sehat.

Jenis Insulin Basal

Pemilihan dari insulin ini sangat tergantung dari beberapa faktor seperti gaya hidup, dan keinginan untuk menginjeksi. Faktor yang mempengaruhi dosis insulin seperti ukuran tubuh, kadar hormon, pola makan, dan berapa banyak insulin internal yang masih dapat diproduksi oleh pankreas kita.

  1. Insulin Kerja Sedang (Intermediet Acting)

Insulin ini diberikan satu hingga dua kali sehari, dan biasanya dicampur dengan insulin ketika makan pada pagi hari, sebelum makan malam atau keduanya. Ini bekerja selama 4-8 jam setelah injeksi, dan efeknya menghilang dalam 16 jam. Contohnya humulin dan novolin

  1. Insulin kerja panjang (Long acting)

Dua jenis insulin ini contohnya adlah detemir dan lantus. Insulin jenis ini mulai bekerja 90 menit hingga 4 jam setelah injeksi, dan berada di sirkulasi darah hingga 24 jam. Mulai bekerjanya beberapa jam setelah injeksi. Tidak ada titik waktu puncak pada insulin jenis ini, dan dapat bekerja stabil sepanjang hari.

  1. Insulin kerja sangat lambat (Ultra long acting)

Insulin jenis ini contohnya tresiba. Insulin ini bekerja mulai 30-90 menit dan berada di sirkulasi darah hingga 42 jam. Sungguh lama sekali. Sepertihalnya dengan insulin jangka panjang detemir, tidak ada waktu puncak dan insulin ini dapat bekerja stabil sepanjang hari. Insulin tresiba terdapat dengan 2 kekuatan dosis, 100 U/ml dan 200 U/ml. Tidak seperti detemir, ini dapat dikombinasikan dengan insulin kerja cepat.

Baca Juga:  Protokol Pemberian Insulin (Part 2)

Manfaat Jenis Insulin Basal

Kebanyakan orang dengan diabetes melitus, menyukai insulin basal karena sangat membantu mengembalikan dan mengendalikan kadar gula darah meskipun sedang makan dan membuat dapa beraktifitas seperti biasa.

Jika menggunakan insulin jangka panjang, anda tidak perlu khawatir tentang waktu puncak. Ini artinya waktu makan dapat fleksibel bagi penderita. Jika anda berjuang untuk menjaga kadar gula darah pada pagi hari, menambahkan insulin basal ke waktu makan malam dapat menjadi solusi.

Dosis Jenis Insulin Basal

Dengan insulin basal, terdapat 3 pilihan dosis. Masing-masing pilihan ini memiliki manfaat dan kelemahaan. Dokter anda dan ahli endokrin (spesialis penyakit dalam konsultan endokrin) akan membantu menentukan dosis terbaik untuk anda.

  1. Gunakan Insulin Kerja Sedang pada saat tidur, pagi hari atau keduanya
  2. Gunakan Insulin kerja panjang (long acting) dan sangat panjang (Ultra long acting) pada saat mau tidur
  3. Penggunaan Pompa insulin : pompa insulin serign berkaitan dengan fungsi hepar. Gagalnya terapi akan memicu diabetes ketoasidosis sehingga menggunakan pompa yang benar, sangat anda perlukan.

Efek samping Jenis Insulin Basal

Beberapa efek samping yang potensial berkaitan dengan insulin basal adalah hipoglikemia dan peningkatan berat badan, meskipun frekuensinya kecil dan tergantung jenis insulin. Penggunaan obat seperti beta blocker, diuretik, klonidin dan lithium akan melemahkan kerja insulin.

Inilah pentingnya mengetahui interaksi antar obat-obatan, sehingga saat anda mengkonsumsi obat tertentu maka sebaiknya konsultasi ke dokter terdekat anda. Insulin adalah komponen krusial pada pengobatan diabetes melitus. Gunakanlah dengan baik dan bijak.

Oleh: dr. Wiwid Santiko

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *