Grave’s Disease (Struma Difus Toksik)

DEFINISI

Grave’s disease adalah penyakit tersering hipertiroid sekitar 60-70%, sering ditemui wanita, dan paling banyak terjadi di dekade ke-4 dan ke-3. Grave disease dapat ditemukan bersamaan edngan tiroiditis hashomoto, juga dapat ditemukan pada anemia pernisiosa, miastenia gravis, vitiligo, addison disease, dan penyakit diabetes melitus tipe 1.


ETIOLOGI

Grave diseaseadalah penyakit autoimun yang belum diketahui penyebabnya. Antibodi paling banyak ditemui pada reseptor TSH (TRH- R Ab) yang secara langsung melawan reseptor TSH pada membran sel follicular tiroid.

Bacaan Lainnya

TSH-R Ab paling sering berefek  seperti agonist reseptor TSH yang meningkatkan aktivitas adenylate cyclase, meningkatkan kadar interseluler cyclic AMP, sehingga dapat menyebabkan overaktivitas seluler. Akibatnya terjadi peningkatan pengambilan iodin dan sintesis serta pelepasan hormon tiroid.

Grave disease mempunyai siklus eksaserbasi dan remisi. Pada pasien dengan inflamasi destruktif pada kelenjar tiroid sehingga dapat menyebabkan klinis hipotiroid pada tahun-tahun selanjutnya. Pada grave disease terjadi kerusakan organ spesifik terkait HLA pada fungsi limfosit T.

Pemicu seperti stress, infeksi, obat dan trauma dapat menyebabkan aktifitas aktifasi tiroid yang dilakukan oleh limfosit T helper. Limfosit T yang telah diaktifasi menjadi sensitif terhadap antigen tiroid, dan memicu spesifik limfosit B untuk memproduksi TSH-R Ab.

Antibodi lain yang ditemukan melawan antigen tiroid seperti tiroid perioksidase (TPO), dan tiroglobulin (TG) dapat ditemukan di grave disease.


TANDA DAN GEJALA

Gejala yang dapat ditemukan diantarnya :

1.       Gejala tirotoksikasis
2.       Pembesaran kelenjar tiroid diffus
3.       Ophtalmopati
4.       Edema dan penebalan kulit tibial anterior
5.       Dermopati
6.       Kelainan  pada kuku (Akropaci)
Baca Juga:  Hiperkalemia (Gejala, EKG, dan Tatalaksana)

Ophtalmopathi grave, ditandai dengan :

1.       Edema periorbital dan proptosis (penonjolan bola mata karena edema otot ekstraokuler)
2.       Celah palpebra melebar (dalrymple;s sign)
3.       Von graefe’s sign (pelupuk mata terlambat menutup)
4.       Stellwags sign (mata jarang berkedip)
5.       Jaffroys sign (dahi tidak berkerut ketika mata melihat ke atas)
6.       Mobius sign (Mata tidak mampu konvergen)
7.       Kemosis dan eksothalmus
8.       Hilangnya penglihatan karena mengenai nervus opticus

DIAGNOSIS

Pemeriksaan laboratorium hipertiroid dilakukan dengan melihat peningkatan konsentrasi free T4 dan penurunan serum TSH. Pemeriksaan uptake tiroid dengan I-123 menunjukkan adanya peningkatan uptake, gambaran tiroid membesar dan diffus.

Autoantibodi sering ditemui, TSH-R Ab merupakan antibodi yang spesifik, tetapi kadang ditemukan anti-TPO dan anti-TG.


TATALAKSANA

Tujuan dari Terapi pada grave disease adalah :

  1. Obat antitiroid dengan inhibisi pada sintesa hormon tiroid
  2. I-131 dengan merusak kelenjar tiroid
  3. Tiroidektomi total dan subtotal.

Pemberian obat antitiroid pada pasien grave disease dapat menginduksi remisi permanen meskipun pengobatan telah dihentikan. Remisi terutama ditemukan pada pasien dengan usia 40-50 tahun, onset baru, tiroid tidak membesar dan lama pemberian terapi 1 tahun. Pemberian antitiroid juga dapat menurunkan titer antibodi antitiroid dan anti reseptor antibodi.

  1. Propiltiourasil dan metimazol terbukti efektif dan jarang berefek pada hati.
  2. Dosis PTU dimulai dari 100-150 mg setiap 8 jam
  3. Dosis metimazol dimulai 10-15 mg setiap 12 jam.
  4. Dosis awal tergantung beratnya penyakit, ukuran kelenjar tiroid dan kepentingan medis.
  5. PTU diberikan pada hipertiroid berat dan aman untuk ibu hamil.
  6. PTU diberikan pada trimester pertama, sedangkan metimazol dapat diberikan setelahnya.
  7. Keuntungan metimazol yakni waktu paruhnya lebih panjang dan memberikan reaksi efek samping lebih minimal karena dosisnya lebih rendah dibandingkan PTU.
  8. Perbaikan klinis tercapai 4-6 minggu, jika perbaikan belum didapat, maka dosis dapat dinaikkan.
  9. Dosis dapat diturunkan setelah mencapai eutiroid.
  10. Monitoring dilakukan dengan memeriksa TSH dan free T4, tetapi perbaikan TSH lebih lambat beberapa minggu meskupun kondisi hipertiroid sudah membaik.
  11. Ukuran kelenjar tiroid dapat mengecil seiring dengan perbaikan klinis dan dapat menjadi petanda prognosis baik.
Baca Juga:  Indikasi Hemodialisa (Cuci Darah)

REFERENSI

Dumont, et al. 2010. Thyroid Regulator Factors dalam Jamenson Eds. Endocrynology. Volume II 6th ed, saunders elsevier.

Sinorita, H. Et al. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Bagian Penyakit Dalam FK UGM : Yogyakarta.

Wiesinga, et al. 2010. Hypothyroidsm and Mixedema Coma dalam Jamerson et al Eds. Endocrynology Volume II 6th edition, Saunders Elsevier.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *