Difteri pada orang dewasa : Gejala hingga Imunisasi Pencegahan

difteri pada orang dewasa

Difteri pada orang dewasa adalah adanya infeksi bakterial akut yang mengenai tonsila, tenggorokan, hidung dan kulit dan menular dari satu orang ke orang yang lain oleh corynebakterium difteri. Penularannya sendiri melalui udara dan cairan yang keluar dari hidung dan mulut atau sering disebut dengan droplet. Droplet ini biasanya diproduksi setelah seseorang yang terinfeksi dengan batuk, dan bersin.

Penyakit difteri ini juga dapat menyebar dengan kontak dengan alat-alat sehari-hari seperti gelas, tanah, piring dan alat apapun yang terkontaminasi penderita. Bakteri difteri dapat menyebabkan terbantuknya membran di kerongkongan berwarna putih dan mengganggu pernafasan.

Bacaan Lainnya

Jika diferi tidak diobati, akan memicu gagal jantung, paralisis dan kematian. Difteri umumnya terdapat di negara berkembang termasuk di Indonesia. Bahkan bisa mewabah jika tidak melakukan imunisasi dengan lengkap atau berkunjung ke tempat yang endemis difteri.

Gejala Difteri pada Orang Dewasa

Difteri yang tidak diobati, maka pasien akan membawa agen penularan bakteri difteri, setidaknya selama 4 minggu. Orang yang membawa kuman difteri, dapat menularkan ke orang lain meskipun pada dirinya belum muncul gejala. Adapun gejala difteri meliputi:

  1. Pada fase awal, difteri gejalanya mirip dengan radang tenggorokan
  2. Gejala lain, seperti demam tidak terlalu tinggi dan pembesaran limfonodi sekitar leher
  3. Adanya lesi kulit yang nyeri, kemerahan dan membengkak
  4. Gejala muncul sekitar 2-4 hari setelah terinfeksi atau dalam jangkauan 1-5 hari.

Pencegahan Difteri pada Orang Dewasa

Terdapat vaksin untuk mencegah difteri. Kebanakan orang akan menerima dosis pertama pada saat kecil (saat usia kanak-kanak) dalam bentuk kombinasi DPwP (Difteri, Tetanus whole, dan Pertusis) DTaP (Difteri, tetanus, dan aselular pertusis). Pada anak usia 11-12 bulan, juga mendapatkan dosis booster yang dikombinasikan dalam bentuk vaksin Td (Tetanus dan difteri toksoid) atau Tdap (Tetanus, difteri toksoit dan aseluler pertusis untuk remaja dan dewasa).

Baca Juga:  Imunisasi Difteri : Manfaat hingga Efek Samping (Lengkap)

Untuk dewasa, vaksin kombinasi yang disebut dengan Booster Td, digunakan untuk melindungi tetanus dan difteri. Vaksin tersebut harus diberikan setiap 10 tahun setelah dosis terakhir pemberian vaksin. Orang dewasa dengan usia 19-64 tahun harus diberikan dosis tunggal Tdap untuk menggantikan booster Td.

Keamanan Vaksin Difteri

Vaksin difteri, Td (tetanus, difteri) dan Tdap (tetanus, difteri dan pertusis aseluler) sangat aman dan sangat jarang terjadi efek samping. Ketika efek samping imunisasi difteri terjadi, biasanya berupa gejala ringan seperti : luka kecil pada area suntikan, kemerahan dan pembengkakan kecil pada area suntikan serta demam ringan yang dapat hilang dalam beberapa hari saja.

Dengan pengobatan simtomatis, risiko menjadi masalah serius setelah imunisasi sangat kecil risikonya. Yang penting, jangan ada anggapan bahwa “orang akan terkena difteri setelah menerima vaksin”. Yang betul, vaksinasi akan melindungi anda dari difteri.

Siapa yang perlu vaksin difteri

Berikut ini siapa saja yang memerlukan vaksin difteri, diantaranya:

  1. Sermua orang yang tidak menerima imunisasi serial atau lupa melakukan imunisasi tetanus, difteri ketika waktu kecil.
  2. Orang dewasa yang telah sembuh atau masa penyembuhan dari penyakit difteri
  3. Orang yang tidak menerima dosis booster dalam 10 tahun terakhir
  4. Orang dengan risiko tinggal di daerah endemis difteri, terdapat kasus serupa di wilayah sekitar.

Fakta Seputar Difteri pada orang Dewasa

  1. Difteri tidak dapat menular dari vaksinasi
  2. Penyakit difteri dapat dicegah dengan baik, aman dan efektif dengan imunisasi dan vaksinasi
  3. Dari 10 orang yang terkena difteri, satu diantaranya meninggal
  4. Difteri ditularkan dengan kontak pasien terinfeksi baik melalui cairan hidung, tenggorokan, lesi kulit, udara, dan air mata.
  5. Difteri dapat memicu masalah pernafasan, gagal jantung, paralisis dan kematian
  6. Kebanyakan kasus difteri diderita pada orang yang antivaksin, tidak melakukan vaksinasi dan vaksinasinya tidak sempurna.
  7. Vaksinasi booster dilakukan setiap 10 tahun baik berupa vaksin Td dan Tdap
  8. Difteri dapat menular dari daerah endemis wabah difteri, sehingga jika berkunjung ke daerah endemis maka harus berhati-hati dan memakai alat perlindungan seperti masker.
Baca Juga:  Sindrom Jacobsen : Penyakit Kongenital Autisme dan ADHD [Lengkap]

Demikian uraian tentang difteri pada orang dewasa. Mulai dari vaksinasi, keamaan vaksin, fakta dan mitos, hingga pencegahan difteri. Semoga tercerahkan.

Oleh: dr. Wiwid Santiko

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *