Gejala Difteri : Anamnesis hingga Pemeriksaan Terbaru

gejala difteri

Gejala difteri muncul pada masa inkubasi 2-5 hari dengan rentang 1-10 hari, dengan gejala awal infeksi virus sistem saluran nafas atas, seperti peradangan tenggorokan. Gejala ini ditandai dengan adanya lapisan putih pada bagian saluran nafas. Lapisan ini berupa pseudomembran yang dicirikan dengan pembentukan lapisan keras, dengan debris abu-abu, terdiri dari sel mati, fibrin, sel darah merah, sel darah putih dan organisme.

Apabila di kelupas, membran akan memicu perdarahan dan edema mukosa. Distribusi dari membran tergantung dari letaknya, di tonsil, faring atau bisa meluas hingga trakeobronkhial. Membran ini sangat infeksius, berupa droplet harus diperiksa. Adanya adenopati dan pembengkakan mukosa akan memicu gejala : BULL NECK sign pada pasien yang terinfeksi. Kematian biasanya disebabkan adanya sumbatan saluran nafas dan aspirasi dari pseudomembran.

Bacaan Lainnya

Gejala Difteri dari Anamnesis

Difteri kutaneus dicirikan dengan ulkus indolen yang ditutupi dengan membran abu-abu. Ulkus biasanya juga ada infeksi stafilokokkus aureus dan grup A streptococcus. Bentuk ini sering terlihat pda pasien yang sering minum alkohol. Lesi biasa infeksius dan juga ditemukan pada infeksi faring. Pasien dengan difteri, biasanya ditemukan gejala:

  1. Demam rendah dan menggigil
  2. Kelemahan dan malaise
  3. Radang tenggorokan
  4. Pusing
  5. Limfadenopati servical dan pembentukan pseudomembran pada saluran nafas
  6. Ada dischare purulen pada hidung
  7. Suara serak dan kesulitan menelan
  8. Stridor, sesak nafas, batuk dan mengi.

Difteri dapat secara cepat memicu gagal nafas dengan memicu obstruksi saluran nafas dari pesudomembran di trakeobronchial.

Baca Juga:  Cara Membuat Larutan Oralit Bagi Anak dan Dewasa

Gejala Difteri dari Pemeriksaan Fisik

Secara umum pasien aan mengalami demam rendah tetapi tidak toksik dan sering disertai pembesaran leher. Difteri faringeal biasanya ada gejala:

  1. Pasien denan demam, halitosis, cemas dan takikardia.
  2. Pada tonsila dan faring : ditemukan kemerahan, membengkak, menebal, membran abu-abu yang menutupi tonsil, palatum belakang, orofaring, nasofaring dan uvula. Apabila dikelupas maka akan memicu perdarahan di bawah mukosa.
  3. Pada Leher: ditemukan limfadenopati ekstensif anterior dan cervical submandibular yang disebut dengan BULL NECK SIGN. Pasien akan memegangi leher dan disertai disfonia.
  4. Distress nafas seperti stridor, sesak mengi, cyanosis, retraksi dada dan penggunaan otot bantu nafas dapat terjadi.

Toksisitas kardial biasanya muncul setelah 1-2 minggu setelah sakit diikuti fase faringeal penyakit, dengan manifestasi:

  1. Endokarditis mungkin muncul, terutama dengan katup artifisial
  2. Myokarditis, terlihat pada 60% pasien dan dapat berkembang menjadi gagal jantung, gagal nagas, bunui jantung hilang, dilatasi ruang jantung dan kelemahan
  3. Blok atriventrikuler, perubahan gelombang ST-T dan berbagai variasi disritmia.

Toksisitas neurologis, terjadi pada infeksi berat dan disertai neuropati. Gejalanya meliputi:

  1. Denisit nervus kranialis seperti n. Occulomotor, paralisis siliaris, fasialis, faringeal dan disfungsi nervus laringeal.
  2. Bakteri difteri sering berkaitan dengan disfungsi neurologis.
  3. Neuritis perifer berkembang 10 hari hingga 3 bulan, setelah penyakit muncul. Manifestasi pertama pada defek motoris, terutama otot proksimal dan dapat meluas ke distal.
  4. Gejala lain bisa ditemukan pada saluran genital laki-laki dan perempuan, konjungtiva serta telinga.
  5. Difteri kutaneus dimulai lesi nyeri dan kemerahan dengan pustil, yang kalau pecah membentuk ulkus dengan membran abu-abu.

Oleh: dr. Wiwid Santiko

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *