DEFINISI
Tonsilitis difteri adalah peradangan di tonsil akibat bakteri coryne bacterium diphteriae. Bakteri ini termasuk gram positif. Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri ini akan menimbulkan manifestasi klinis sakit, tetapi tergantung titer kadar antitoksin seseorang.
Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak usia kurang dari 10 tahun dan paling banyak pada usia 2-5 tahun.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum :
Demam subfebris |
Nyeri kepala |
Nafsu makan menurun |
Badan lemah |
Nadi melambat |
Nyeri saat menelan |
Gejala Lokal :
Tonsil terlihat tertutup bercak putih kotor makin lama makin meluas dengan membentuk membran |
Membran dapat meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, laring trachea dan bronkus. |
Dapat menyumbat saluran nafas |
Membran ini sangat melekat dengan dasarnya, apabila di kelupas maka akan berdarah |
Kelenjar imfe dapat membengkak bila infeksi terus-terusan |
Pembengkakan kelenjar limfe disebut Bull Neck sign atau Burgermeesters hals. |
Gejala akibat eksotoksin :
Miokarditis sampai dekompensatio kordis |
Menyerang saraf kranial, menyebabkan kelumpuhkan otot palantum dan otot pernafasan |
Albuminuria pada ginjal. |
DIAGNOSIS
Diagnosis dari tonsilitis difteri adalah berdasarkan kondisi klinis dan pemeriksaan langsung dari bakteri yang di ambil di bawah membran dan ditemukan kuman corynebacterium diphteri.
Tanda seperti membran di tonsil, dan bull neck sign menjadi penguat diagnosis.
TATALAKSANA
- Antidifteri serum (ADS) diberikan tanpa menunggu hasil kultur dengan dosis 20.000-100.000 unit bergantung usia dan beratnya penyakit.
- Antibiotik penisilin atau eritromicin 25-50 mg perKgBB dibagi 3 dosis selama 14 hari.
- Steroid 1,2 mg perKgBB perhari.
- Antipiretik untuk simptomatis.
- Pasien harus diisolasi dan istirahat di tempat tidur selama 2-3 minggu.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering timbul adalah membran menjalar ke laring dan menyebabkan obstruksi. Semakin muda, risiko tersumbat makin besar. |
Miokarditis dapat mengakibatkan gagal jantung dan dekompensatio cordis. |
Kelumpuhan otot palatum mole, otot mata akomodasi, otot faring dan otot laring sering terjadi, sehingga menimbulkan suara parau dan kesulitan menelan. |
Sering juga terjadi kelumpuhan otot pernafasan. |
Albuminuria terjadi apabila ada komplikasi di ginjal. |
REFERENSI
Efiaty Arsyad, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 7. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada: Jakarta