Sindrom Wallenberg : Gejala, Pemeriksaan dan Pengobatan

sindrom wallenberg

Sindrom wallenberg adalah salah satu penyakit yang jarang terjadi dimana terdapat infark atau stroke pada otak bagian medulla lateral. Medulla lateral adalah salah satu komponen batang otak (brain stem). Penyakit ini terjadi akibat suplay oksigen pada area tersebut tidak optimal paling sering karena adanya sumbatan pada pembuluh darah tersebut.

Adanya sumbatan ini akan membuat infark pada medulla lateral. Untuk penyebab langsung dari sindrom ini, sampai saat ini belum diketahui secara jelas.

Bacaan Lainnya

Bagaimana Tanda dan Gejala yang di amati?

Brain stem adalah struktur penting yang menghubungkan medulla spinalis motoris dan sensoris. Masalah tersering yang menjadi agen kaussatif adalah strok, dimana penderita merasakan kelemahan fungsi otot dan kehilangan sensasi merasakannya.

Gejala yang sering ditemui pada sindrom Wallenberg adalah disfagia (gangguan makan), dan kesulitan menelan. Akibatnya, akan mempengarihi status nutrisi bagi penderita dimana penderita tersebut sering sekali kesulitan untuk makan dan minum. Adapun gejala lain yang dapat muncul, seperti :

  1. Suara serak tidak jelas atau hoarsness
  2. mual dan muntah
  3. cegukkan
  4. gerakan mata cepat dan nistagmus
  5. penurunan produksi keringan
  6. penurunan fungsi sensasi terhadap perubahan suhu sekitar
  7. pusing berputar, kesulitan berjalan dan kesulitan menjaga keseimbangan tubuh.

Kadang-kadang, seseorang dengan sindrom wallerberg ini mempunyai riwayat paralisis dan sensasi kebas di salah satu sisi tubuhnya (unilateral). Sering terjadi di ekstremitas bawah, kaki, kemudian wajah dan sebagian kecil di lidah. Kita juga dapat membedakan sensasi panas dan dingin antara sisi tubuh yang terkena sindrom Wallenberg dan sisi tubuh yang sehat. Banyak dilaporkan bahwa banyak penderita yang tidak dapat mempertahankan keseimbangannya.

Baca Juga:  Pemeriksaan Neurologis Vertigo

Gejala lain dapat ditemukan, seperti denyut jantung yang melambat (bradikardia), dan tekanan darah yang tinggi atau justru rendah. Apabila anda mengalami gejala ini, segera diskusikan dan konsultasikan ke dokter terdekat, setiap gejala dan informasi yang anda berikan akan semakin mengarahkan diagnosis apakah ini memang benar sindrom Wallenberg atau bukan.

Apa saja faktor risiko dari sindrom ini?

Saat ini banyak peneliti telah menggambarkan kenapa ini termasuk kategori stroke. Banyak peneliti yang menghubuhngkan kaitannya denan seseorang yang mempunyai penyakit di pembuluh darah, penyakit jantung, bekuan darah dan trauma di sekitar leher. Trauma leher inilah yang menjadi faktor risiko utama terjadinya sindrom ini terutama pada penderita dengan usia dibawah 45 tahun.

Bagaimana Memastikan ini memang sindrom walenberg atau bukan?

Untuk memastikan maka anda harus berkonsultasi ke dokter terdeat. Seringnya dokter akan melakukan pemeriksaan dengan teliti dan berhati-hati ketika menegakkan diagnosis. Penderita mungkin juga dilakukan pemeriksaan penunjang seperti CT-scan, dan MRI ketika ada kecurigaan ke sindrom ini. Pemeriksaan radiologis lain juga dimungkinkan dilakukan, untuk memastikan apakah ada blockade dan sumbatan pada pemuluh darah arteri di sekitar medulla lateral.

Bagaimana Prinsip Pengobatan dan Pencegahanya?

Tidak terdapat perawatan khusus pada penyakit ini, tetapi biasanya dokter akan berfokus pada pengobatan langsung untuk meredakan serta menurunkan gejala. Penurunan gejala terutama pada gangguan biaca dan gangguan menelan sehingga penderita dapat berbicara lancer serta dapat menelan untuk makan sehari-hari. Akibatnya penderita dapan terpenuhi kebutuhan nutrisinya.

Apabila terdapat nyeri, maka dapat dibeikan obat antinyeri. Berbagai obat seperti pengancer gumpalan darah, misal obat heparin dan warfarin dapat diberikan untuk mengurangi blockade pada pembuluh darah arteri. Pemberian warfarin dan heparin ini harus berhati-hati dan dengan pertimbangan serta evaluasi khusus, karena warfarin harus dipantau kadar INR nya. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah (pembekuan darah).

Baca Juga:  Sindrom Horner : Miosis, Ptosis dan Anhidrosis

Beberapa obat antiepilepsi dan antikejang seperti gababentin daapt diberikan apabila ada gejala.

Terapi pembedahan menjadi pilihan terakhir apabila ditemukan beluan darah yang besar dan pada kasus yang ekstrim. Tetapi pembedahan juga jarang dilakukan, karena sulitnya akses menuju medulla lateral. Tetap untuk pengobatan, anda harus berkonsultasi ke dokter, agar pengobatan yang anda terima optimal serta sesuai dengan penyakit yang anda derita.

Semoga informasi ini bermanfaat, silahkan tinggalkan komentar apabila ada yang ingin ditanyakan.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *