Narkolepsi : Gejala, Penyebab hingga Pengobatan

narkolepsi

Narkolepsi adalah ganguan sistem syaraf jangka panjang yang menyebabkan abnormalitas tidur dimana penderita tiba-tiba mengantuk dan tidur pada siang hari dan mengganggu aktifitas kualitas hidup. Kondisi ini termasuk jarang terjadi dimana hanya 1 kejadian setiap 2000 orang. Gejalanya dimulai usia 10-25 tahun tergantung dikenalinya kapan.

Penyakit ini menyebabkan mengantuk, dan serangan tidur pada siang hari. Pada sebagian kasus, juga disertai hilangnya kendali otot sementara. Narkolepsi bukanlah penyakit yang mematikan, tetapi episodenya dapat memicu kecelakaan, injuri dan kegawatdaruratan. Bayangkan penderita sedang mengendalikan mobil, kemudian terkena serangan narkolepsi, dia tertidur tiba-tiba saat menyetir. Tentu kecelakaan pun akan terjadi.

Bacaan Lainnya

Ada dua jenis narkolepsi. Tipe 1 disebut dengan NARKOLEPSI dengan KATAPLEKSI, dan tipe 2 adalah NARKOLEPSI tanpa KATAPLEKSI. Tipe 1 adalah tipe yang paling sering dijumpai. Kata pleksi, sering dijumpai pada anak-anak, dan sulit di deteksi terutama pada anak kejang.

Penyebab Narkolepsi

Penyebab ilmiah gangguan ini masih belum diketahui. Kebanyakan orang dengan narkolepsi dan katapleksi terjadi penurunan protein otak yang disebut dengan hipokretin. Salah satu fungsi hipokretin adalah mengatur siklus tidur dan bangun.

Beberapa peneliti berfikir, rendahnya kadar hipokretin disebabkan beberapa faktor. Mutasi genetik telah diidentifikasi menjadi penyebab rendahnya hipokretin. Sangat diyakini juga bahwa ada nya penyebab herediter, dimana sistem imun akan menyerang sel yang sehat dan memicu narkolepsi. Faktor lain seperti stress, infeksi, dan paparan toksin juga berperan.

Gejala Narkolepsi

Para ahli penyebutkan gejala gangguan ini adalah buruknya pengendalian rapid eye movement (REM) saat tidur. Narkolepsi sering berhubungan dengan penyakit tidur, seperti sleep obstruktif apnea, insomnia dan sindrom restless legs. Selain itu, gejala yang sering muncul adalah:

  1. Mengantuk siang hari: saat siang hari sering mengantuk, dan sulit beraktifitas sehari-hari seperti orang normal.
  2. Katapleksi: gejala ini muncul tiba-tiba, dimana hilangnya sementara tonus otot. Dapat dipicu emosi termasuk rasa senang, tertawa, marah, dan menangis. Frekuensi katapleksi bervariasi. Pada beberapa orang berlangsung beberapa hari, sedangkan yang lain mengalami beberapa kali setiap tahunnya.
  3. Halusinasi ketika bagung tidur: halusinasi dapat juga muncul pada gangguan ini. Ini karena bermimpi adalah bagian dari tidur REM. Jika mimpi terjadi, ketika sedang bangun tiba-tiba, maka mimpi tersebut terlihat seperti nyata.
  4. Sleep Paralisis (Ketindihan): kelainan ini adalah ketidakmampuan untuk bergerak dan berbicara ketika tidur dan bangun. Episode serangan dapat beberapa menit. Sleep paralisis terlihat ketika tidur REM. Ini tidak berefek pada pergerakan mata, dan kemampuan bernafas. Ini dapat juga terjadi tanpa kelainan narkolepsi.
Baca Juga:  Cara Berhenti Merokok yang Patut dicoba

Pemeriksaan Narkolepsi

Menanyakan riwayat sakit, tidur, dan pemeriksaan fisik diperlukan. Pemeriksaan melihat mengantuk pada siang hari, dan episode hilangnya tonus otot. Ada beberapa evaluasi tidur yang harus dilakukan, diantaranya:

  1. Actigraf, adalah sistem monitoring yang melihat riwayat bagaimana dan kapan anda jatuh tidur. Alat ini ditempatkan di tangan seperti jam dan dipasang ketika tidur sehari-hari.
  2. Epworth sleepiness scale (ESS), adalah kuisioner sederhana menilai tidur dalam sirkumferensi yang berbeda.
  3. Polismnogram (PSG), adalah tes yang melihat tidur dengan meletakkan elektrode di kepala untuk melihat aktifitas otak, frekuensi serta ritme jantung, pergerakan bola mata, gerakan otot dan bernafas. Ini juga berguna melihat sleep apnea.
  4. Multiple sleep latensi tes (MSLT), untuk melihat kapan waktu jatuh tidur saat siang hari. Ini juga dapat melihat kapan penderita memasuki tidur REM.
  5. Pungsi lumbal, digunakan melihat cairan serebrospinal untuk mengukur kadar hipokretin. Hipokretin di cairan serebrospinal cenderung rendah pada narkolepsi. Untuk tes ini, dokter memasukkan jarum tipis di antara dua lumbal vertebra.

Pengobatan Narkolepsi

Pengobatan kelainan ini belum perlu pengobatan kecuali yang mengganggu sekali. Tujuan terapi adalah mengendalikan gejala, dan memperbaiki kualitas hidup. Stimulan, dan menghindari aktifitas hazard sangat penting. Ada beberapa obat pilihan yang dapat digunakan, seperti:

  1. Stimulan, seperti modifinil, armodafinil, dan metilphenidate yang dapat digunakan memperbaiki kelemahan.
  2. Antidepresan trisiklik, dapat mengurangi katapleksi, sleep paralisis dan halusinasi. Obat ini dapat memicu efek samping seperti konstipasi, retensi urin dan mulut kerin.
  3. SNRI, atau serotonin norepinefrin reuptake inhibitori, seperti venlafaksin yang membantu mengatur tidur serta mood. Dapat digunakan mengobati katapleksi, halusinasi dan sleep paralisis.
  4. SSRI, selektif serotonin reuptake inhibitor, seperti fluoksetin yang membantu mengatur tidur serta memperbaiki mood penderita.
Baca Juga:  Gangguan Cemas Menyeluruh

Oleh: dr. Wiwid Santiko

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *