Hordeolum – Gejala, Penyebab dan Tatalaksana

Hordeolum adalah infeksi fokal akut yang biasanya karena staphylococcal meliputi kelenjar zeiz (hordeolum eksterna), dan kelenjar meibom (hordeolum interna) di kelopak mata. Hordeolum sering pada dewasa dibanding anak-anak karena tingginya androgen level yang menaikkan viskositas dari sebum, meningkatkan insidensi meibonitis, tetapi tidak menutup kemungkinan juga hordeolum dapat terjadi pada anak-anak juga.


Etiologi

Hordeolum berkaitan dengan infeksi staphylococcus aureus. Pasien dengan blefaritis, disfungsi meibom, dan ocular rosacea memiliki resiko tinggi terjadi hordeolum.

Bacaan Lainnya

Komponen lipid pada kalazia, terdiri dari kolesterol dan berbeda dengan lipid hasil produksi dari kelenjar meibom. Dikatakan kalazion berhubungan dengan meningkatnya serum kolesterol, yangmana lipid ini meningkatkan resiko sumbatan kelenjar minyak di kelopak mata sehingga meningkatkan resiko hordeolum dan kalazion.

Dikatakan hordeolum rekuren berkaitan dengan defisiensi dari imunoglobulin M (IgM).


Patofisiologi

Secara histologi, hordeolum terdapat kumpulan leukosit PMN dan debris nekrotik seperti abses. Adanya stasis sekresi di kelenjar meibom dan zeis memicu infeksi sekunder dari staphylococcus aureus. Bedanya dengan kalazion, kalazion merupakan reaksi inflamasi non infeksius. Secara histologi, kalazion terlihat reaksi granulomatosa seperti histiosit, dan multinucleated giant cell. Pada hordeolum merupakan proses fokal infeksi.


Manifestasi Klinis

Hordeolum terjadi anses fokal, disertai inflamasi akut, nyeri, hangat, membengkak, kemerahan di kelopak mata. Hordeolum dapat menginduksi astigmatisma kornea dan menjadi penyebab pandangan kabur.

Pasien digali informasi terkait lesi kelopak mata, disfungsi kelenjar meibom, blefaritis dan rosacea. Berbeda dengan kalazion, kalazion lebih keras, berbatas tegas dan tidak nyeri.

Baca Juga:  Gagal Ginjal Kronis pada Anak : Gejala, Pemeriksaan dan Tatalaksana

Pada pemeriksaan fisik hordeolum nyeri terutama di tepi kelopak mata. Nodul dapat terjadi unilateral dan bilateral, satu buah atau multipel. Pasien juga disertai gejala meibonitis dan blefaritis.


Perbedaan hordeolum dan kalazion

Indikator Definisi Etiologi Manifestasi Klinis
Hordeolum eksterna Peradangan supuratif akut kelenjar zeiz atau moll Infeksi staphylococcus aureus Benjolan merah, hangat, edema, nyeri.
Hordeolum Interna Peradangan supuratif akut kelenjar meibom Infeksi staphylococcal atau kalazion terinfeisk Benjolan merah, hangat, edema, nyeri. Lebih nyeri pada hordeolum interna dibanding hordeolum eksterna.
Kalazion Peradangan granulomatosa kronis non-infektif pada kelenjar meibom Proliferasi dan reaksi granulomatosa dari dinding kelenjar Benjolan lunak-keras, tidak nyeri

Diferensial Diagnosis

Diferensial diagnosis dari hordeolum adalah kalazion, selulitis, sebasea gland carcinoma dan basal cell carcinoma.


Pemeriksaan Penunjang

Penegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang kultur jarang dilakukan. Tidak ada indikasi untuk mengecek kadar lipid serum.

Secara histopatologi, hordeolum didapatkan abses dan fokal infeksi disertai jaringan nekrosis dan PMN (Polimorfo Nuklear Leukosit). Secara histologi, kalazion berupa reaksi inflamasi lipogranulomatosa, histiosit, multinucleated giant cell, limfsit, sel plasma dan neutrofil.


Tatalaksana

  1. Kompres hangat mata 4-6 kali sehari selama 15 menit setiap kalinya untuk membantu drainase. Tindakan dilakukan dengan mata tertutup.
  2. Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih ataupun dengan sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi seperti sabun bayi. Tindakan dilakukan dengan mata tertutup. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan.
  3. Jangan menusuk dan menekan hordeolum, hal ini dapat memperparah infeksi.
  4. Hindari pemakaian make-up pada mata karena menjadi agen infeksi.
  5. Jangan memakai kontak lens, kaena sumber infeksi kornea
  6. Pemberian terapi topikal dengan oksitatrasiklin salep mata atau salep kloramphenikol setiap 8 jam. Apabila digunakan tetes mata kloramfenikol sebanyak 1 tetes setiap 2 jam. Antibiotik topical (salep oxytetrasiklin 3×1; salep kloramfenikol 3×1; tetes mata kloramfenikol 12×1)
  7. Pemberian terapi oral sistemik dengan eritromicin 500 mg pada dewasa dan akan-anak disesuaikan dengan berat badan. Dapat pula diberikan dikloksasilin 4 kali sehari selama 3 hari. Antibiotik oral (eritromisin 2x500mg atau dikloksasilin 4×1 selama 3 hari)
  8. Insisi dan drainase abses
Baca Juga:  Keracunan Etilen Glikol dan Gagal Ginjal Akut pada Anak

Edukasi

Hordeolum dapat terjadi rekurensi (berulang), sehingga perlu diberi tahu pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan dan higenitas lingkungan.


Referensi

American Academy of Ophthalmology. 2007-2008. Eyelids. Ophthalmic Pathology and Intraocular Tumors. San Francisco, CA: LEO

Panicharoen C, Hirunwiwatkul P. 2011. Current pattern treatment of hordeolum by ophthalmologists in Thailand.J Med Assoc Thai. 94(6):721-4

Tim Penulis, 2014. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. IDI: Jakarta.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *