Hipertensi Krisis (Definisi, Klasifikasi dan Tatalaksana)

Hipertensi krisis merupakan naiknya tekanan darah yang sangat tinggi lebih dari 180/120 mmHg dan merupakan sebuah kegawatdaruratan medis untuk segera dilakukan penurunan tekanan darah. Jenisnya ada dua, yaitu hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi:

  1. Hipertensi urgensi : tekanan darah pasien didapati sistole lebih dari 180mmHg, atau diastol lebih dari 120mmHg tanpa disertai kerusakan pada organ target. Organ target seperti ginjal, jantung, otak dan lainnya.
  2. Hipertensi emergensi adalah : tekanan darah pasien sistol melebihi 180mmHg atau diastol melebihi 120mmHg dan disertai kerusakan pada organ target. Kerusakan tersebut bersifat progresif dan terjadi di antaranya, pada ginjal dapat terjadi proteinuria, hematuria, dan gangguan ginjal akut.

Pada jantung menyebabkan edema paru, akut koronary syndrom, diseksi aorta dan gagal jantung akut, pada syaraf dapat terjadi hipertensi ensefalopati, stroke iskemik, papil edem, perdarahan intrakranial. Pada ibu hamil dapat terjadi pre-eklampsia dan eklamsia serta anemia hemolitik.

Bacaan Lainnya

Patofisiologi

Patofisiologi krisis Hipertensi sampai saat ini belum di ketahui secara pasti. Ada pendapat yang mengatakan bahwa krisis Hipertensi di akibatkan oleh naiknya resistensi vaskular sistemik secara mendadak dan cepat, juga karena kegagalan fungsi autoregulasi.

Permeabilitas pembuluh darah meningkat karena disebabkan oleh stress mekanik dan jejas endotel. Kondisi tersebut memicu terjadinya Kaskade koagulasi dan deposisi fibrin. Akibatnya terjadilah iskemia, hipoperfusi organ yang menyebabkan organ terganggu fungsinya. Gangguan organ tersebut berlangsung seperti lingkaran terus menerus, sehingga akhirnya bersifat progresif.


Penegakan Diagnosis

Dalam penegakkan diagnosis, lakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Baca Juga:  Derajat AV-Block

Anamnesis : tanyakan adanya gangguan organ seperti gangguan pada jantung, fungsi penglihatan, dan cerebrovaskuler. Tanyakan apakah menggunakan obat antihipertensi, obat vasopressor seperti simpatomimeti dan riwayat hipertensi nya.

Pemeriksaan fisik:

  1. Tekanan darah : ditemukan tekanan darah sistol lebih dari 180mmHg atau diastol lebih dari 120mmHg.
  2. Pemeriksaan neurologis : ditemukan nyeri kepala hebat, bingung, kejang, koma, defisit neurologis dan gangguan penglihatan seperti tiba-tiba pandangan kabur.
  3. Pemeriksaan funduskopi : periksa mata untuk melihat adanya spasme arteri segmental atau difus, edema retina, perdarahan retina, eksudat retina, papil edema dan pembesaran Vena.
  4. Periksa denyut nadi Perifer dan status kardiopulmoner.
  5. Periksa cairan tubuh, apakah ada gejala gagal ginjal akut seperti oliguria.

Pemeriksaan penunjang :

Periksa hematokrit, apusan darah, urinalisis (ditemukan proteinuria, Eritrosit pada urin), periksa kimia darah (ditemukan peningkatan kreatinin, azotemia, ureum lebih dari 200mg/dl, peningkatan glukosa dan elektrolit), periksa EKG (ditemukan iskemia, hipertropi ventrikel kiri), periksa foto thorax (ditemukan adanya kecurigaan gagal jantung atau diseksi aorta).


Tata laksana

  1. Hipertensi urgensi : lakukan penurunan tekanan darah dalam beberapa jam dengan target tekanan darah normal dalam waktu 1-2 hari menggunakan antihipertensi oral. Pilihannya adalah kaptopril, klonidin, propanolol dan nifedipin.

Kaptopril dapat di ulang 15menit, kaptopril menjadi obat pilihan karena keamanannya dan penurunan tekanan darah yang cepat. Klonidin dapat di ulang setiap jam, propanolol dapat di ulang setiap 30 menit, dan nifedipin dapat menurunkan tekanan darah secara cepat, sehingga membutuhkan evaluasi segera serta dapat meningkatkan resiko iskemia cerebral dan jantung.

Setelah tekanan darah mencapai normal, lakukan identifikasi penyebab hipertensi urgensi dan berikan regimen antihipertensi dalam jangka panjang untuk kontrol tekanan darah.

  1. Hipertensi emergensi : terapi hipertensi tipe ini dengan penurunan MAP (mean arterial pressure) kurang dari 25% semula dalam waktu kurang dari 1 jam dengan agen parenteral. Setelah 2-6 jam stabil, turunkan tekanan darah hingga mencapai 160/100-110 mmHg.

Apabila masih tidak stabil,turunkan tekanan darah hingga sesuai target dalam 24-48 jam. Penurunan tekanan darah mendadak dapat menyebabkan iskemia organ target. Penurunan tekanan darah sebaiknya di lakukan di ruang ICU rumah sakit (intensive care unit).

Pada diseksi aorta tanpa adanya syok, tekanan darah sistolik targetnya 120mmHg harus dicapai dalam 20menit. Pilihan obat antihipertensi parenteral diantaranya nikardipin, nitrogliserin, klonidin, nitropruside, labetolol HCl, hidralazin, dan fenoldopam.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *