Borok di Kulit : Ektima adalah Bentuk Pioderma

ektima borok di kulit

Borok dikulit atau Ektima adalah salah satu bentuk poderma ulseratif di kulit, dan disebabkan oleh grup A-beta hemilitik streptokokkus. Kuman didapat dari kulit.karena ektima memiliki ulkus yang dalam sampai dermis, maka sering dikatakan lebih dalam dari impetigo.

Ektima mulai muncul seperti tampakan impetigo superfisial. Bakteri grup A beta hemolitik streptokokus, memulai muncul lesi terutama pada area yang terluka. Adanya kerusakan jaringan seperti eksoriasi, gigitan serangga, dermatitis dan imunokompromise seperti pada orang diabetes mellitus dan neutropenia, sering mudah berkembang ektima. Menyebarnya bakteri ini di kulit juga sangat dipengarui higenitas yang sangat buruk.

Bacaan Lainnya

Predileksi ektima paling sering pada anak-anak dan lansia. Pernah dilaporkan banyak terjadi pada angkatan bersenjata muda, dimana sering terpapar dengan latihan fisik , luka, dan terkontaminasi.

Pada prinsipnya, lesi ektima akan sembuh dengan lambat, tetapi sangat berespon baik terhadap pengobatan antibiotik, perawatan luka sehingga dengan ini prognosis kesembuhannya baik. Ektima juga sangat jarang berkembang menjadi infeksi sistemik dan bakteremia.

Lesi sering nyeri dan dapat ditemukan limfadenopati. Limfangitis dan selulitis sekunder, dapat juga terjadi sebagaimana pada glumerulonefritis post streptokokal. Biasanya penyembuhan ektima, akan disertai skar yang ditinggalkannya.

Apa Penyebab Ektima?

Ektima disebabkan infeksi bakteri yakni streptokokus. Terutama infeksi ini terjadi pada penderita dengan kondisi penurunan imunitas seperti pada penyait penyerta diabetes mellitus, neutropenia dan infeksi HIV. Beberapa faktor terpenting yang meningkatkan infeksi ini adalah:

  1. suhu dan kelembaban yang tinggi
  2. hidup di lingkungan yang padat penduduk serta memiliki higenitas yang buruk.
Baca Juga:  Plegmon : Penyebab, Gejala dan Pengobatan

Ternyata, impetigo yang tidak diobati dengan adekuat, dapat bekembang menjadi ektima, paling sering pada penderita dengan higenitas buruk.

Beberapa strain dari bakteri streptokokus pyogen, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap mukosa dan kulit faring. Kolonisasi bakteri ini di faring, telah ditemukan pada penderita ektima. Infeksi ini juga dapat ditemukan kolonisasi bakteri di area perianal (sekitar anus).

Bagaimana Tanda dan Gejala Ektima?

Ektima sering terjadi di area ekstremitas bawah anak-anak, penderita diabetes mellitus dan lansia. Sering sekali anak-anak sat main seperti main sepeda, lalu terjatuh, menimbulkan perdarahan dan luka. Luka mongering lalu muncul infeksi dan muncul borok. Borok inilah yang kita sebut dengan ektima. Di Negara dengan iklim tropis seperti di Indonesia, ulkus ektima sering ditemukan di kaki belakang, dan pergelangan kaki.

Saat dilakukan pemeriksaan dan identifikasi, infeksi ini dimulai dengan muncul vesikel atau pustule yang melingkupi area kulit yang meradang, membentuk ulserasi dan krusta (nanah yang kering). Krusta berwarna abu-abu kekuningan, tebal, dan lebih keras bila dibanding kan krustanya pada impetigo. Krusta ini dapat di hilangkan “dikletek”. Ulkus dalam dengan peninggian dan indurasi di tepinya.

Lesi ektima beukuran sekitar 0,5-3 cm, dan dapat membesar. Penyembuhannya lambat serta dapat menjadi skar. Limfadenopati regional sekitar lesi sering ditemukan.

Bagaimana Prinsip Pengobatan Ektima?

Prinsip pengobatan ektima adalah mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi dan dapat digunakan antibiotik oral. Menjaga higenitas di area luka juga sangat penting. Menjaga kebersihan dengan menggunakan sabun antibakteri, handuk bersih dan pakaian bersih juga dapat dilakukan. Untuk menghilangkan krusta (nanah yang mongering) dapat di kompres basah sehingga terkelupas sendiri. Lesi hendaknya diolesi dengan salep seperti mupirosin dan jelli petroleum.

Baca Juga:  Uretritis Gonore : Perbedaan Uretritis Gonore dan Nongonore

Golongan obat yang sering dignakan adlah penisilin oral yang diberikan 7 hari secara adekuat. Jika sudah dipastikan infeksi karena s. aureus, maka dikloksasilin dan sefaleksin dapat menjadi pilihan. Apabila dicurigai infekisi kaena MRSA, maka doksisiklin, klindamisin serta trimetropin sulfametoksazol dapat menjadi pilihan pengobatan. FDA telah menyetujui beberapa antibiotik yang dapat digunkan seperti oritavancin, dalbavancin serta tedizolid.

Tatalaksana pebedahan dapat dilakukan berupa debridemen krusta saja.

Pencegahan dapat dilakukan dengan menjga kebersihan, hari-hari saat terluka, lakukan penanganan dan perawatan luka dengan tepat agar tidak ditumbuhi bakteri.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *