Anemia Defisiensi Besi (Definisi, Gejala dan Tatalaksana)

Anemia defisiensi besi adalah anemia atau penurunan Hemoglobin yang terjadi akibat berkurangnya penyediaan besi untuk pembentukan sel darah merah (eritropoesis) karena cadangan besi berkurang atau kosong. Akibatnya kadar Hemoglobin akan menurun.

Anemia defisiensi besi di akibatkan oleh kebutuhan zat besi yang meningkat seperti pada anak dalam masa pertumbuhan, ibu dalam masa kehamilan dan laktasi. Selain itu juga dapat disebabkan karena kehilangan zat besi akibat perdarahan. Kehilangan darah juga dapat terjadi di berbagai organ dan sistem organ. Pada sistem Urinaria terjadi hematuria, pada sistem respirasi terjadi hemoptoe, pada genital terjadi menoragia dan metroraghia, pada Gastrointestinal tract terjadi ulkus peptikum, hemoroid, infeksi cacing, kanker kolon dan lain sebagainya.

Bacaan Lainnya

Dari segi asupan, apabila seseorang mengkonsumsi zat besi kurang maka akan terjadi anemia defisiensi besi. Kebutuhan zat besi setiap hari sekitar 20mg/hari dan sekitar 2 mg nya yang diserap tubuh.


Epidemiologi

Angka kejadian anemia jenis ini di Indonesia cukup tinggi mengingat ekonomi masyarakat masih berkembang. Di Indonesia, terjadi 25-48% perempuan, 16-50% laki-laki. Dimana 46-52% nya pada ibu hamil dan 55.5% nya terjadi pada balita.

Ada beberapa tahapan defisiensi besi yakni

  1. Tahap deplesi : pada tahap ini cadangan besi menurun dan eritropoesis belum terganggu.
  2. Tahap Eritropoesis defisiensi besi : cadangan besi kosong, Eritropoesis terganggu tetapi belum muncul tanda anemia secara laboratorium.
  3. Tahap anemia defisiensi besi: cadangan besi kosong, Eritropoesis terganggu dan muncul tanda anemia secara laboratorium.
Baca Juga:  Tatalaksana Bedah Megacolon Conginetal
Kriteria anemia WHO Hb
Laki-laki dewasa Kurang dari 13 mg/dl
Perempuan dewasa tidak hamil Kurang dari 12 mg/dl
Perempuan hamil Kurang dari 11 mg/dl

 


Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari anemia defisiensi besi adalah lemah, cepat lelah, pucat dan mata berkunang-kunang. Gejala disfagia muncul akibat kerusakan pada epitel hipofaring. Karena pada dasarnya besi digunakan untuk replikaI, penyembuhan dan proteksi sel sehingga apabila kekurangan zat besi akan menimbulkan kerusakan epitel.

Gejala khas meliputi : koilonikia (kuku sendok), atropi papil lidah, stomatitis angularis, disfagia maupun pica.

Stomatitis angularis adalah adanya lesi makulopapular dan vesikuler pada kulit sudut bibir dan perbatasan mukokutaneus.

Atropi papil lidah adalah terdapat penumpukan atau hilangnya papila filiformis pada lidah.

Koilonikia adalah hilangnya konveksi tas longitudinal dan lateral pada kuku dengan penebalan pada bagian distal dan berbentuk menyerupai sendok.

Pica adalah perilaku makan bahan-bahan non nutrisi seperti batu, kerikil, tanah, kapur dan lainnya.  Pica dapat terjadi karena hilangnya sensasi pengecapan rasa pada lidah akibat gangguan neurologis.


Penegakan Diagnosis

Anemia defisiensi besi diagnosisnya tegak apabila didapatkan secara laboratorium kadar Hemoglobin turun dan kadar besi serum juga turun. Setidaknya ada 6 kriteria yang di dapatkan, yakni:

Penurunan kadar Hb, MCV, MCH dan MCHC
Pemeriksaan apusan darah tepi didapatkan gambaran anemia mirkositik hipokromik, anisositosis, sel pencil, sel cin-cin dan poikilositosis.
Besi serum menurun hingga dibawah 50ug/dL. Besi termasuk akut phase reactant yang akan meningkat pada kondisi inflamasi (positif palsu).
TIBC (total iron-binding capasity) meningkat lebih dari 350ug/dL. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa TiBC menunjukkan jumlah total besi yang dapat dibawa oleh transferin.
Transferin kurang dari 15%. Saturasi transferin menunjukkan presentase transferin yang berikatan dengan besi.
Feritin serum menurun kurang dari 20mg/L. Feritin adalah cadangan besi yang baik tapi tidak dijadikan patokan untuk inflamasi.

 


Tatalaksana

Terapi kausatif : mengatasi penyebab perdarahan sesuai patogenesis penyakit yang mendasari. Misal Sirosis hepatis, cacingan, Varises esofageal, Hemoroid dll

Pemberian Fe (zat besi) : ferrous sulfat oral 3x 200mg selama 3-6 bulan atau 12 bulan dan diberikan pada saat perut kosong. Pasien yang tidak tahan mual muntah dan konstipasi, maka pemberian ferrous sulfat dapat dilakukan saat makan atau dosis dikurangi menjadi 3x100mg. Vitamin C 3x 100mg dapat diberikan untuk meningkatkan penyerapan besi.

Terapi besi parenteral : iron dextran kompleks (50mg/ml), subkutan atau intravena diberikan pelan. Terapi ini dapat meningkatkan Hb dan mengisi kekosongan besi 50-100mg. Terapi besi parenteral di pilih apabila :

  1. Terjadi intoleransi pemberian besi oral dan kepatuhan minum besi oral rendah.
  2. Gangguan pencernaan timbul misal kolitis ulceratif dan penyerapan besi oral terganggu misal pada gastrektomi.
  3. Kehilangan darah dalam bentuk yang besar dan tak dapat dikompensasi dengan besi oral dan kebutuhan besi yang besar dalam waktu yang singkat seperti saatakan operasi.
  4. Defisiensi besi fungsional relatif akibat adanya pemberian eritropoetin pada kasus anemia gagal ginjal kronis.

Dosis kebutuhan besi (Fe) = [(15 – Hb pasien) x berat badan x 2,4] + (500-1000mg)

Tanda respon pengobatan baik apabila didapatkan kadar retikulosit naik pada Minggu pertama dan mencapai puncak pada hari ke 10, kembali normal hari ke 14. Kenaikan Hb nya 0.15 g/dl per hari atau 2 g/dl setelah 3-4 Minggu sehingga Hb akan kembali norma setelah pengobatan 4-10 Minggu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *