Reumatoid Artritis – Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologis (Part. 3 of 4)

Dalam penegakkan diagnosis reumatoid artritis, dapat digunakan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang tersebut seperti deteksi faktor reumatoid, antibodi CCP, Laju endap darah (LED) hingga pemeriksaan radiologis.

  1. Pemeriksaan faktor reumathoid : Immunoglobulin G dan M, reumathoid faktor (RF), tidak spesifik untuk RA, karena ditemukan 5% pada orang yang sehat. Dan 10-20% pada individu lebih dari 65 tahun. Penyakit lain yang bisa memiliki RF positif diantaranya : Sjogren syndrom, SLE, Penyakit hati kronis, sarkoidosis, fibrosis paru intertisial, monocukleosis infeksiosa, hepatitis B, TBC, lepra, sifilis, leismaniasis, sitosomiasis dan malaria. Pemeriksaan ini tetap dilakukan walau ada kemungkinan false positif.
  1. Pemeriksaan antibodi CCP (Cyclic Citrullinated Peptide) : mempunyai spesitifas diagnosis RA lebih tinggi daripada Faktor reumathoid. Lebih sering terdeteksi pada RA yang agresif dengan tendensi lebih tinggi terjadinya erosi tulang.
  2. Pemeriksaan darah : ditemukan anemia normokromik normositer
  3. Pemeriksaan Laju endap darah (LED) : danalisis cairan sinovial menunjukkan adanya inflamasi meskipun tidak terlalu spesifik. Cairan sinovial seringnya turbid, viskositasnya turun, terjadi peningkatan protein, glukosa meningkat ringan. Sel darah putih bervariasi 5-50.000 mikro liter, didominasi PMN. Cairan sinovial terdapat leukosit lebih dari 2000 setiap mikroliternya dengan jumlah PMN lebih dari 75%, ini menunjukkan karateristik suatu artritis inflamasi tetapi tidak spesifik untuk mendiagnosis RA. Penurunan C3 dan C4 sangat rendah dibandingkn dengan konsentrasi protein total.
  1. Pemeriksaan Radiologis : pada fase akut, tidak terlalu membantu diagnosis. Pemeriksaan radiologis ditemukan pembengkakan jaringan lunak dan efusi sendi. Semakin parah, maka abnormalitas radiologis semakin jelas.

Hilangnya kartilago artikular dan erosi sendi terjadi setelah beberaa bulan dari aktivitas yang menetap. Tujuan dari peneriksaan radiologis adalah untuk menentukan beratnya kerusakan sendi, kartilago dan erosi tulang.

Bacaan Lainnya
Baca Juga:  Reumatoid Artritis – Definisi, Manifestasi Klinis dan Gejala Khas (Part.1 of 4)

Juga dapat digunakan untuk memperkirakan agresifitas penyakit, memonitoring dampak dari terapi DMARDS (Disease Modifiying Anti Reumathoid Drugs, dan menentukan apakah diperlukan tindakan pembedahan. Scanning tulang dan MRI dapat mendeteksi inflamasi lebih awal tetapi jarang dipakai untuk mengevaluasi rutin penderita RA.


REFERENSI

Pile et al, 2008. Reumathoid Artritis in : problem solving in reumathology. Pp. 79-114

Fauci et al. 2011. Reumathoid artritis in : Harrisons Rheumathology. Eds. Fauci AS, Langford CA

Paramaiswari, A. 2002. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Bagian ilmu penyakit dalam. FK UGM, Yogyakarta.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *