Pemeriksaan Abdomen dan Intepretasinya

pemeriksaan abdomen

Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan cara Inspeksi, Auskultasi, Perkusi dan Palpasi untuk mengetahui berbagai kelainan dan penyakit abdomen. Pemeriksaan ini dilakukan petugas kesehatan dengan seksama sebelum dilakukan pemeriksaan penunjang abdomen. Pemeriksaan fisik ini sebagai dasar pemeriksaan penunjang.

Selain inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi, juga didapat dilakukan tes lain seperti memeriksa tanda asites, dan pemeriksaan spesifik seperti pemeriksaan tanda khusus apendisitis. Pemeriksaan abdomen berbeda dengan pemeriksaan thorax. Pemeriksaan thorax urutannya Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi. Sedangkan Pemeriksaan Abdomen dilakukan Inspeksi, Auskultasi, Perkusi baru palpasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ulasan berikut ini:

Bacaan Lainnya

Persiapan Alat dan Bahan Pemeriksaan Abomen

  1. Stetoscope
  2. Alkohol 70%
  3. Medical Record

Catatan Pemeriksaan Abdomen

  1. Sebelum melakukan pemeriksaan, lakukan Anamnesis, inform consent dan cuci tangan dengan 6 langkah cuci tangan.
  2. Selama melakukan pemeriksaan harap dengan hati-hati, legeartis dan senyaman mungkin
  3. Pada saat melakukan pemeriksaan, kaki ditekuk, dan baju pasien di buka secukupnya, dan bagian bawah tubuh diselimuti untuk meminimalkan risiko kedinginan.
  4. Setelah melakukan pemeriksaan cuci tangan dengan alcohol 70% teknik 6 langkah cuci tangan dan menulis hasil di medical record serta menyampaikan hasil pemeriksaan.

Prosedur Pemeriksaan Abdomen

  1. INSPEKSI

Lakukan Pengamatan abdomen mulai dari konturnya. Apakah konturnya datar, cembung (Scaphoid) atau cekung. Perhatikan juga simesitrisas, warna kulit, apakah ada lesi kulit, pembesaran vena seperti pada hipertensi porta dan sirosis hepatis dimana muncul caput medusa. Setelah itu periksa adanya stria atau tidak biasanya pada orang gemuk dan ibu hamil.

Setelah itu periksa adanya massa benjolan atau tidak. Jika ada deskripsikan bentuk massa, ukuran massa, konsistensi, lokasi, nyeri atau tidak, warna massa, mobile atau tidak dan lainnya. Perksa juga peristaltic bila terlihat, luka bekas operasi dan tanda spesifik lain.

Baca Juga:  Pemeriksaan Thorax (Paru-Jantung) dan Intepretasi

Tanda spesifik yang dapat diamati adalah : Grey turner sign atau tanda pada region flank discoloriasi) dan Cullen sign (diskoloriasi biru di sekitar periumbilikal) yang menandakan pankreatitis.

  1. AUSKULTASI

Lakukan auskultasi pada ke empat kuadran dan 9 regio abdomen. Perhatikan frekuensi peristaltic dengan mendengarkan suara click and gurgle. Normalnya peristaltic 5-35 x/menit. Setelah itu auskultasi apakah ada bruit aorta abdominalis atau tidak. Normalnya tidak ada bruit.

  1. PERKUSI

Lakukan perkusi di 13 titik. Perkusi dilakukan sistematis dan perhatikan bila bunyinya redup, atau hipertimpani. Normalnya timpani. Setelah itu lakukan perkusi hepar. Perkusi hepar dilakukan pertama, dari linea midclavicularis dextra bawahnya papilla mamae turun dari sonor menemukan redup, dan turun terus hingga menemukan timpani. Normalnya perkusi hepar kanan adalah 8-12 cm.

Setelah itu lakukan perkusi hepar kiri. Dari atas umbilicus perkusi dari timpani hingga menemukan redup, dan menemukan sonor. Normalnya ukuran hepar sebelah kiri adalah 4-8 cm. jika ukuran lebih dari itu menunjukkan hepatomegaly atau perbesaran hepar.

Setelah itu lakukan pemeriksaan Perkusi Speen atau Lien atau Limpa. Perkusi Limpa dilakukan di ruang traube. Perksuliah pada linea aksilaris posterior dan spasium interkosta 11. Perkusi sebelum menarik nafas, kemudian pasien diminta menarik nafas dan dilakukan perkusi lagi. Normalnya keduanya timpani.

  1. PALPASI

a. Palpasi Superficial dan Dalam

Lakukan palpasi superfisial dan palpasi dalam. Jangan lupa hangatkan pasien. Pertama lakukan palpasi superfisial pada keempat kuadran abdomen. Lakukan identifikasi nyeri, massa dan tahanan otot. Setelah itu lakukan palpasi dalam. Palpasi dalam digunakan untuk mengidentifikasi massa dalam, konsistensi massa, bentuk, lokasi dan ukuran massa. Jangan lupa identifikasi nyeri abdomen juga.

b. Palpasi Hepar

Palpasi hepar ada 2 cara. Pertama dilakukan dengan cara meletakkan sisi lateral (bagian dekat jempol) telapak tangan dengan posisi tangan pronasi pada bawah kosta 11-12 sisi kanan. Kemudian pasien diminta menarik nafas (inspirasi) dilanjutkan mengeluarkan nafas (ekspirasi). Disitu dapat dirasakan apakah hepar membesar atau tidak.

Baca Juga:  Tes VDRL : Manfaat hingga Prosedur Pemeriksaan

Kedua, dengan cara menaruh kedua tangan dengan posisi pronasi dan jari mencengkram (articulation digiti fleksi), ditaruh dibawah kosta 11-12 sisi kanan. Lakukan sama pasien inspirasi dan ekspirasi dan rasakan apakah hepar membesar atau tidak.

c. Palpasi Lien

Lakukan palpasi lien dengan cara meletakkan tangan kiri diantara Spasium interkosta 10-12, lalu berikan penekanan ke arah cranial. Posisikan tangan kanan pemeriksa disebelah atas kosta, tekan kearah lien. Pasien diminta untuk inspirasi. Secara normal tidak teraba.

Pembesaran lien didasarkan atas skala Scuffner. Skala scuffner dimulai dari 1 hingga 8. Nilai 0 bila tidak membesar, 1-3 bila pembesaran antara posisi lien hingga umbilicus. Skor 4 bila tepatid umbilicus dan skor 5-8 bila lien membesar dari posisi lien normal hingga kuadran kanan bawah. Lien yang membesar disebut dengan Speenomegali.

d. Palpasi Ginjal

Lakukan palpasi ginjal dengan menaruh tangan kiri di belakang posisi belakang ginjal, dan tangan kanan di abdomen anterior dengan posisi seperti menangkap ginjal. Dengan sedikit menekan, rabalah ginjal kanan dan kiri. Secara normal tidak teraba.

Pemeriksaan Abdomen Untuk ASITES

  1. Fluid Wave atau Undulasi

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menaruh tangan pasien pada longitudinal midline abdomen. Lakukan penekanan, kemudian sentil perut pasien dengan tangan kanan dan kiri . tanyakan pasien merasakan gelombang cairan atau tidak (fluid wave).

  1. Shifting Dullness

Lakukan perkusi dari umbilikus ke sisi lateral sampai menemukan perubahan bunyi timpani ke redup. Selanjutnya tandai lokasi tersebut, mintalah pasien miring kemudian perkusi lagi pada titik yang telah ditandai tersebut. Hasil positif bila redup berubah menjadi timpani yang menandakan adanya akumulasi cairan atau terjadi ascites.

Pemeriksaan Abdomen Spesifik Appendisitis

  1. Palpasi dalam pada titik Mcburney kuadran kanan bawah yang menandakan nyeri somatic dan appendicitis sudah terlokalisis. Pada fase akut biasanya appendicitis nyerinya di sekitar umbilical atau periumbilikalis, sedangkan pada fase kronis akan terlokalisir pada titik mcburney.
  2. Psoas Sign Aktif,pasien berbarung dan letakkan tangan pemeriksa di atas lutut pasien setelah itu sambil menahan kaki pasien, mintalah pasien mengangkat kaki. Adanya nyeri saat menaikkan kaki di kanan bawah abdomen menandakan ada iritasi appendicitis di musculus psoas.
  3. Psoas Sign Pasif, pasien miring ke samping, lalu pegang kaki pasien dan Tarik ke posterior dengan tumpuan articulation coxae. Adanya nyeri menandakan adanya iritasi appendicitis di m. psoas.
  4. Rebound Tenderness, tekanlah pada titik mcbunrey kemudian lepaskan. Adanya nyeri saat dilepas menandakan iritasi peritoneum.
  5. Rovsign sign, kuadran kanan bawah di tekan bila dirasakan nyeri pada kuadran bawah kiri menandakan rovsign positif da nada iritasi.
  6. Obturator Sign, pegang kaki pasien dan tekuk dengan tumpuan sendi articulation coxae dan artikulatio genu. Kemudianlakukan eksorotasi. Adanya nyeri region hipogastrik menunjukkan iritasi muskulus obturator.
  7. Hiperestesia Cutaneus, Lakukan pencubitan pada kulit abdomen. Adanya hiperestesia menandakan peradangan pada syaraf subkutaneus.
Baca Juga:  Perbedaan Signs and Symptoms : Tanda dan Gejala

Oleh: dr. M. Wiwid Santiko
Kudus, 5 Juli 2017

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *