Penyakit Gizi Buruk : Gejala, Pemeriksaan dan Pengobatan

penyakit gizi buruk

Penyakit gizi buruk adalah kondisi  kekurangan nutrisi kronis yang bermanifestasi pada penurunan berat badan, dan munculnya gejala dalam bentuk marasmus dan kwasiorkor. Di Indonesia, penyakit ini sangat tinggi angka kejadiannya, terutama pada daerah yang mempunyai akses kesehatan kurang seperti kabupaten asmat yang sekarang isue nya menasional.

Tubuh membutuhkan kalori, protein dan nutrisi untuk menjalankan fungsinya. Tanpa nutrisi yang cukup, massa otot akan menurun, tulang menjadi keropos dan tubuh menjadi kurus. Kalori adalah satuan energi yang berguna bagi tubuh. Tubuh juga membutuhkan protein dalam jumlah besar. Tanpa energi protein, tubuh lebih sulit untuk penyembuhan luka.

Bacaan Lainnya

Ketika anda tidak mengkonsumsi nutrisi yang cukup, tubuh akan lemah lesu dalam bentuk kekurangan energi protein. Kekurangan protein disebut dengan malnutrisi protein. Jika tubuh mengalami ini, akan terjadi defisiensi protein dan tubuh membutuhkan protein.

Malnutrisi protein tidak terjadi dalam jangka waktu pendek, tetapi dalam jangka panjang. Dua jenis kekurangan gizi yang sering terjadi adalah dalam bentuk marasmus dan kwasiorkor. Untuk lebih jelasnya, silahkan baca penjelasan berikut ini.

Penyebab Penyakit Gizi Buruk

Penyebab utama kedua bentuk marasmus dan kwasiorkor adalah kekurangan asupan makanan. Sesuatu yang dapat mempengaruhi seseorang memperoleh makanan, seperti :

  1. Tinggal di daerah yang aksesnya kurang baik baik ketersediaan dan transportasi
  2. Kelaparan kronis
  3. Tinggal di negara miskin
  4. Memiliki penyakit makan yang buruk
  5. Ketidaktahuan terkait makan makanan yang sehat dan bergizi
  6. Mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi penyerapan nutrisi
  7. Terdapat penyakit tertentu yang mempengaruhi kebutuhan kalori tubuh
Baca Juga:  Sindrom Down : Genetik, Gejala dan Tatalaksana

Gejala Penyakit Gizi Buruk

Kekurangan gizi dapat terjadi karena berbagai faktor. Sumber makanan yang tidak ada, terdapat penyakit kesulitan makan, gangguan penyerapan makanan di usus, dan tidak mampunya menyiapkan makanan juga menjadi pemicu. Meminum alkohol juga dapat menyebabkan gizi buruk.

Gejala dari Gizi buruk diantaranya: lemah lesu, kesulitan menghangatkan tubuh, suhu tubuh menurun, diare, penurunan nafsu makan, kekurangan emosi, iritabilitas, kelemahan, nafas lemah, kesemutan dan kebas pada area tangan dan kaki disertai gemetar, kulit kering, dan rambut rontok.

  1. Marasmus

Marasmus terjadi lebih sering pada anak-anak dan bayi. Marasmus memicu dehidrasi dan penurunan berat badan. Adapun gejala yang muncul pada marasmus, seperti:

  • Penurunan berat badan
  • Dehidrasi
  • Diare kronis
  • Iga gambang dan wajah kelihatan tua
  • Baggy pant
  • Perut berkeriput

Peningkatan risiko marasmus ini, terutama jika penderita tinggal di daerah tertinggal dan kesulitan akses makanan. Bayi yang tidak diberikan ASI dan makanan pendamping yang kurang juga dapat terjadi. Selain bayi dan anak, marasmus juga dapat terjadi pada dewasa.

  1. Kwasiorkor

Kwasiorkor terjadi pada seseorang yang memiliki defisiensi protein kronis. Anak dengan kwasiorkor sering terjadi pada anak dengan usia lebih tua dibandingkan mawasmus. Kekurangan karbohidrat juga dapat memicu kwasiorkor. Gejala dari kwasiorkor adalah:

  • Edema (bengkak) dan pembengkakan pada tubuh, wajah tangan dan kaki karena retensi cairan.
  • Perut membuncit
  • Tidak mampu tumbuh dan berat badan tidak meningkat

Peningkatan risiko penyakit ini terjadi pada daerah yang memiliki akses kekurangan protein. Anak yang tidak minum ASI juga meningkatkan risiko terkena kwasiorkor. Untuk lebih jelas, perbedaan marasmus dan kwasiorkor, silahkan perhatikan tabel berikut ini.

Perbedaan
Marasmus Kwasiorkor
Penurunan berat badan Tidak dapat tumbuh dan berat badan tidak naik
Dehidrasi Edema, bengkak terutama pada tangan dan kaki
Abdomen mengkeriput Perut buncit
Diare
Baca Juga:  Paten Duktus Arteriosus (PDA) : Gejala, Diagnosis dan Tatalaksana

Pemeriksaan Penyakit Gizi Buruk

Pemeriksaan fisik dilakukan, termasuk mengukur berat badan, tinggi badan untuk menghitung nilai Z-score. Silahkan baca cara menghitung Z-score gizi buruk untuk lebih jelasnya. Pasien juga ditanyakan bagaimana memperoleh makanan, adakah penyakit makan yang pernah diderita, dan obat-obatan yang digunakan. Mood dan status mental juga digali.

Pemeriksaan kulit dilakukan untuk melihat imunitas masih berjalan dengan baik. Pemeriksaan feses rutin digunakan bila terdapat diare. Selain itu, pemeriksaan urin dan darah rutin dilakukan untuk mengidentifikasi kekurangan nutrisi yang diderita.

Pengobatan Penyakit Gizi Buruk

Pengobatan gizi buruk dilakukan dengan 10 langkah tatalaksana gizi buruk. Pengobatan ini bertujuan untk meningkatkan kalori dan protein. Asupan cairan suplemen protein dapat diberikan. Multivitamin juga diberikan untuk meningkatkan nafsu makan. Jika terdapat gejala yang berat, maka harus dirawat dirumah sakit. Berikut 10 tatalaksana gizi buruk.

  1. Mengatasi dan mencegah hipoglikemia
  2. Mencegah hipotermi
  3. Mengatasi dehidrasi kronis
  4. Memperbaiki keseimbangan elektrolit tubuh
  5. Pengobatan terhadap infeksi
  6. Mengatasi kekurangan gizi mikronutrien
  7. Memberikan makanan stab dan trans
  8. Pemberian makanan untuk tumbuh kejar
  9. Pemberian stimulus untuk tumbuh kembang anak
  10. Mempersiapkan tindakan lanjutan dirumah

Semuanya terbagi menjadi fase stabilisasi, fase transisi, fase rehabilitasi dan fase tindak lanjut. Fase stabilisasi dilakukan pada hari ke-1 hingga hari ke-2. Fase transisi dilakukan pada hari ke-3 hingga hari ke-7. Fase rehabilitasi dilakukan pada minggu ke-2 hingga minggu ke-6. Dan fase tindak lanjut dilakukan pada minggu ke-7 hingga minggu ke-26.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *