Gagal Ginjal Kronis pada Anak : Gejala, Pemeriksaan dan Tatalaksana

Gagal Ginjal Kronis pada anak adalah  penurunan fungsi ginjal yang disebabkan penyakit kronis ginjal pada anak, terkaitan dengan usia anak terhaap penyakit ginjal yang terjadi. Anomaly kongenital dan obstruktif, sering menjadi penyebab, antara usia baru lahir sampai 10 tahun. Setelah usia 10 tahun, penyakit yang didapat seperti FSGS (Baca Sindrom Nefrotik) dan glomerulonephritis kronis, menjadi penyebab. Progresi menjadi gagal ginjal terminal sangat mungkin.


Manifestasi Klinis

Gagal tumbuh dan gagal berkembang pada anak pada gagal ginjal kronis sangat menonjol. Factor yang berkaitan dengan retardasi pertumbuhan meluputi undernutrition, osteodistropi, abmormalitas hormonal, penggunaan steroid dan asidosis.

Bacaan Lainnya

Peningkatan intake kalori dapat membantu proses pertumbuhan anak. Anak dengan gagal ginjal kronis (GGK) meliputi anemia progresif, dan osteodistrofi berat. Renal osteodistrofi terjadi pada GGK dan berhubungan dengan hiperfosfatemia, tingginya serum alkalin fosfatase, dan hiperparatiroid sekunder serta rendahnya kadar 1,25-dihidroksivitamin D.

Anemia berasal dari ginjal yang kesulitan memproduksi eritropoeitin, dan gangguan respon eritropoeitin disebabkan uremia. Hipertensi sering juga muncul.


Tatalaksana

Tatalaksana dari anak dengan GGK dan masalah kompleks membutuhkan dokter sesialis anak dan konsultan ginjal hipertensi, perawat nefrologist, ahli gizi, psikiatri, psikologi dan berbagai elemen lainnya. Anah dengan GGK seringnya terganggu pertumbuhannya dan terjadi retardasi tulang sebelum masa pubertas.

Malnutrisi menjadi perhatian. Sangat rendahnya GFR, dialysis rutin dapat diberikan intake protein sedikit lebih banyak setiap harinya. Peningkatan kecepatan pertumbuhan dapat diinduksi dengan asupan Growth hormone (GH). GH harus digunakan ketika intake kalori cukup, dan ketika terapi asidosis dan osteodistrofi diberikan.

Baca Juga:  Sindrom Kartagener : Genetik, Gejala hingga Tatalaksana

Pada infant, low solute formula digunakan dengan fosfat binder. Restriksi fosfat (dibatasi) setiap harinya dan suplemen kalsium dibutuhkan.

Ketika asidosis terjadi, Natrium bicarbonate atau natrium sitrat diindikasikan. Kecuali kalau anak dengan oliguria kronis, retriksi cairan jarang menjamin berhasilnya terapi. Intake natrium tergantung dari etologi penyakit ginjal. Anak dengan congenital renal dysplasia membuang sisa natrium dalam urin dan membutuhkan suplementasi garam. Sebaliknya, anak dengan glomerulonephritis menjadi hipertensi, edema atau keduanya apabila diberikan garam.

Tingginya kalium dalam makanan harus dihindari apabila gagal ginjal kronis pada anak ditegakkan diagnosisnya.

Terapi awal untuk renal osteodistrof adalah mengurangi asupan fosfat. Phosfat binder harus di berikan awal. Ketika fosfat serum  dibawah kendali, terapi 1-hidroksilated vitamin D dan analognya diindikasikan.

Rekombian eritropoeitin digunakan untuk terapi anemia di GGK. Eritropoeitin secara cepat membuat penyimpanan Zat besi membaik meskipun pemberian suplementasi zat besi (iron) juga dibutuhkan.

Terapi terbaik pada Gagal Ginjal Kronis Terminal adalah transplantasi renal. Transplantasi diberikan secara cepat sebelum dekompensasi. Donor dapat berasal dari cadaver (orang yang meninggal), dan juga donor hidup. Donor hidup dapat dijadwalkan, memiliki perlakuan khusus dan menjadi pilihan pertama jika ada.

Referensi menunjukkan terdapat hasil GFR lebih baik pada donor hidup didonor orang meninggal. Anak dengan transplantasi ginjal harus terus dievaluasi di pediatric renal transplantation center.

Dialysis rutin efektif untuk anak yang menunggu transplantasi renal atau pada yang tidak mungkin dilakukan transplantasi ginjal. Hemodialysis digunakan pada anak besar dan lebih berusia tua, keita pembuluh darah mudah di akses. Infant dan children dengan gagal ginjal terminal mempunyai prognosis yang baik ketika dialysis dan transplantasi berlangsung efektif dan baik.

Baca Juga:  Imunisasi Difteri : Manfaat hingga Efek Samping (Lengkap)

Prognosis

Transplantasi ginjal mempunyai keberhasilan yang bagus. Lebih dari 93% transplantasi berfungsi baik setelah 1 tahun post transplantasi. Sekitar 50% dapat berfungsi 19 tahun kemudian. Pemberian terapi imunosupresif jangka panjang dibutuhkan.

Komplikasi tersering dari transplantasi ginjal adalah infeksi, dan meningkatkan risiko malignansi. Risiko  lain seperti infeksi virus (paling sering Epstein-barr virus) dan malignan limfoma. Deteksi dini, penegakkan diagnosis cepat dan tepat sangat menentukan keberhasilan terapi.


Referensi

Kliegman RM, Marcdante KJ, Jenson, HB, 2006. Nelson : Essentials of Pediatrics, 5th edition, International Edition, Elsevier Saunders, Philadelphia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *