{"id":2585,"date":"2017-07-01T16:31:36","date_gmt":"2017-07-01T16:31:36","guid":{"rendered":"https:\/\/doktermuslim.com\/?p=2585"},"modified":"2017-07-01T16:31:36","modified_gmt":"2017-07-01T16:31:36","slug":"cutaneus-larva-migran","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/doktermuslim.com\/cutaneus-larva-migran\/","title":{"rendered":"Cutaneus Larva Migran : Gejala hingga Tatalaksana"},"content":{"rendered":"
Cutaneus Larva Migran adalah penyakit kulit yang paling sering terjadi dalam dekade terakhir terutama di negara tropis. Cutaneus larva migran mempunyai manifestasi berupa terdapat lesi berkelok-kelok, gatal, dan eritem.<\/p>\n
Cutaneus larva migran disebabkan oleh penetrasi dan migrasi dari larva parasit nematoda secara perkutaneus. Penyebab paling sering adalah Cacing Anchilostoma Brazilienze. Di Indonesia sendiri, penelitian tahun 2012 dimana ditemukan sekitar 15% kasus cutaneus larva Migran di kulon progo.<\/p>\n
Cutaneus larva migran dapat terjadi dimana melibatkan dari life cycle dari parasit dimana dimulai dari telur yang berasal dari feces binatang seperti kambing, sapi, kerbau yang kemudian bercampur di tanah. Apabila binatang tersebut terinfeksi cacing anchilostoma brazilienze, maka larva cacing akan berada di feces tersebut.<\/p>\n
Dengan menggunakan protease, larva dari cacing akan berpenetrasi melalui folikel, fisura dan struktur kulit penderita. Setelah berpenetrasi melalui stratum korneum kulit, larva akan mengeluarkan kutikula alami mereka. Seringnya, proses migrasi awal ini membutuhkan waktu beberapa hari.<\/p>\n
Didalam binatang, larva cutaneus larva migran dapat berpenetrasi ke dermis dan menyebar melalui pembuluh limfa dan vena menuju paru-paru. Disana mereka merusak alveolus dan bermigrasi ke trachea, yang kemudian menyebabkan pembengkakan. Didalam usus, larva ini berkembang secara seksual dengan baik dan telurnya akan dikeluarkan bersama feces tersebut.<\/p>\n
Di dalam tubuh manusia, larva kekurangan collagenase yang dibutuhkan untuk penetrasi ke membran dasar dan tidak bisa menginfasi dermis. Meskipun tidak dapat menginvasi lebih dalam, tetapi pada manusia penetrasi sebatas stratum korneum masih dapat dilihat dengan khas dan mata telanjang. Penetrasi ini menimbulkan berkas berkelok-kelok dan rasa gatal. Rasa gatal ditimbulkan karena terjadi respon imunitas dari larva dan lingkungan sekitar.<\/p>\n
Penyebab dari cutaneus larva migran sendiri adalah parasit, yakni golongan hookworm. Cacing jenis anchilostoma brazilienze merupakan penyebab tersering. Cacing lainnya yang juga dapat menjadi penyebab diantaranya anchylostoma caninum. Uncinaria stenocephala, dan bonostomum phlebotomum. Berikut daftar cacing yang menjadi penyebab dari cutaneus larva migran.<\/p>\n
No<\/td>\n | Parasit Penyebab<\/td>\n<\/tr>\n | ||||||||||||
1<\/td>\n | Ancylostoma braziliense<\/em><\/td>\n<\/tr>\n2<\/td>\n | Ancylostoma caninum<\/em><\/td>\n<\/tr>\n | 3<\/td>\n | Uncinaria stenocephala<\/em><\/td>\n<\/tr>\n | 4<\/td>\n | Bunostomum phlebotomum<\/em><\/td>\n<\/tr>\n | 5<\/td>\n | Necator americanus<\/em><\/td>\n<\/tr>\n | 6<\/td>\n | Strongyloides stercoralis<\/em><\/td>\n<\/tr>\n | 7<\/td>\n | Ancylostoma duodenale<\/em><\/td>\n<\/tr>\n<\/tbody>\n<\/table>\n | BAGAIMANA TANDA DAN GEJALANYA?<\/u><\/strong><\/h3>\nUjud kelainan kulit dari cutaneus larva migran sangat khas. Dimana didapatkan :<\/p>\n \u201cDi punggung tangan kanan terdapat papul eritem (kemerahan) disertai vesikel dengan bentuk serpigenosa (berkelok-kelok), sedikit meninggi, dengan panjang 4-5 cm, dan lebar 3 mm, jumlah satu, tepi irreguler\u201d.<\/em><\/strong><\/p>\n Pasien akan merasaakan gatal, dan kadang disertai vesikel dimana berisi cairan serosa. Lintasan dari kelok-keloknya dapat memanjang 1-2 cm setiap harinya. Gejala sistemik jarang sekali terlihat, tetapi dapat juga menimbulkan eosinofilia perifer, ditemukan infiltrat di paru karena migrasi cacingnya ke sana, dan peningkatan kadar Immunoglobulin E (IgE).<\/p>\n Lesi sering ditemukan pada ekstremitas bawah distal, baik di dorsal maupun di interdigiti. Kadang juga dapat ditemukan di sekitar anus, sekitar pantat, di tangan dan di lutut. Yang paling jarang ditemukan di kepala.<\/p>\n Diagnosis dari cutaneus larva migran, di antaranya : dermatitis kontak alergi, myiasis migratory, dermatitis photoalergi, impetigo, dermatitis kontak iritan, cercarial dermatitis, scabies, tinea corporis, dan tinea pedis.<\/p>\n Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat disarankan untuk menegakkan diagnosis dari cutaneus larva migran. Pemeriksaan tersebut sebenarnya tidak terlalu perlu karena dari klinis saja, kita dapat membedakan cutaneus larva migran atau bukan. Pemeriksaan penunjang tersebut diantaranya :<\/p>\n Tujuan dari tatalaksana cutaneus larva migran adalah membunuh larva dan mengatasi gatal pada pasien. Obat yang sering dipakai adalah :\u00a0Thiabendazol atau albendazol.\u00a0<\/strong>Yang terpenting dari tatalaksana ini adalah, edukasi kepada pasien. Pasien di edukasikan untuk :<\/p>\n Oleh : dr. M. Wiwid Santiko<\/a><\/strong><\/em> Cutaneus Larva Migran adalah penyakit kulit yang paling sering terjadi dalam dekade terakhir terutama di negara tropis. Cutaneus larva migran mempunyai manifestasi berupa terdapat lesi [Read more]<\/a><\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":2586,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[28],"tags":[1464,1465],"newstopic":[],"yoast_head":"\n |