{"id":2368,"date":"2017-06-08T06:29:04","date_gmt":"2017-06-08T06:29:04","guid":{"rendered":"https:\/\/doktermuslim.com\/?p=2368"},"modified":"2017-06-08T06:29:04","modified_gmt":"2017-06-08T06:29:04","slug":"myastenia-gravis","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/doktermuslim.com\/myastenia-gravis\/","title":{"rendered":"Myastenia Gravis : Gejala, Pemeriksaan hingga Pengobatan"},"content":{"rendered":"
Myastenia gravis adalah penyakit neuromuscular yang mengakbatkan kelemahan di otot skeletal (otot lurik), yakni otot anggota gerak. Kelainan terjadi ketika hubungan antara sel saraf dan otot terganggu (neuromuscular junctionnya yang terkena), akhirnya terjadi kelemahan otot.<\/p>\n
Penyakit ini cukup jarang dan hanya mengenai 14-20 dari 100.000 populasi. Pengobatannya terdiri dari memperbaiki gejala dan sering terjadi pada individu dengan usia lebih dari 40 tahun. Penyakit ini biasanya sampai menyebabkan orang harus menggunakan kursi roda.<\/p>\n
Penyebab utama dari penyakit ini adalah masalah autoimunitas. Penyakit autoimun terjadi ketika sisstem imun penderita tidak mengenali jaringan sehat dan malah menyerangnya. Pada kondisi ini, antibody yang merupakan protein penyerang benda asing yang masuk tubuh dan membahayakan tubuh, akan menyerang neurotransmitter asetilkolin.<\/p>\n
Asetilkolin padahal berfungsi untuk menghubungkan dan meneruskan impuls syaraf dan otot. Karena asetilkolin diserang, maka impuls yang menuju ke otot terganggu dan akhirnya terjadi kelemahan otot.<\/p>\n
Secara detile, penyebab mengapa autoimun ini bisa muncul, peneliti masih belum menemukan penyebab pastinya. Berdasarkan asosiasi muskular distrofi, terdapat teori dimama protein bakteri dan virus akan memicu tubuh menyerang asetilkolin.<\/p>\n
Berdasarkan data NIH, penyakit ini sering terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun. Wanita biasanya terdiagnosis pada usia dewasa muda, dan laki-laki sering terdiagnosisnya pada usia 60 tahun ke atas.<\/p>\n
Gejala utama dari penyakit ini adalah kelemahan pada otot skeletal yang volunter, yakni otot yang dapat kita kendalikan dengan sadar. Gangguan pada otot untuk berkontraksi secara normal terjadi karena otot tidak berespon terhadap impuls syaraf yang ada. Tanpa transmisi dari impuls, dan terhentinya komunikasi antara otot dan syaraf, maka mengakibatkan kelemahan pada otot.<\/p>\n
Kelemahan pada penyakit ini akan mempengaruhi kehidupan dan aktifitas penderita sehari-hari. Gejala penyakit ini meliputi:<\/p>\n
Pada dasarnya, tidak semua orang akan mengalami gejala ini, tetapi derajat keparahan kelemahan otot dapat berubah dari hari ke hari. Derajat keparahan gejala akan meningkat apabila penderita tidak dilakukan pengobatan yang sesuai.<\/p>\n
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap termasuk menggali riwayat kesehatan anda dan gejala yang didapat selama ini. Pemeriksaan syaraf juga dilakukan. Pemeriksaan ini terdiri dari:<\/p>\n
Pemeriksaan penunjang lain juga dapat dilakukan, seperti:<\/p>\n
Sampai saat ini belum ada perawatan khusus pada penyakit ini. Tujuan dari pengobatan untuk mengendalikan gejala dan aktifitas imunitas penderita. Pengobatan meliputi medikamentosa, pengambilan kelenjar timus, pergantian plasma atau plasmapharesis, pemberian immunoglobulin dan modifikasi gaya hidup.<\/p>\n
Golongan obat kortikosteroid dan imunosupresan dapat digunakan untuk menekan sistem imunitas tubuh. Obat ini akan membatu meminimalkan respon imunitas yang tidak normal yang terjadi pada penyakit ini. Golongan obat lain, seperti kolinesterase inhibitor, seperti pyridostigmin dapat digunakan untuk meningkatkan hubungan sel syaraf dan sel otot.<\/p>\n
Pengangkatan kelenjar timus dengan tindakan pembedahan, dimana organ ini adalah bagian darri sistem imun dapat dilakukan pada penderita penyakit ini. Kadang meskipun kelenjar timus ini sudah diambil, kelemahan otot tetap terjadi namun lebih ringan.<\/p>\n
Berdasarkan data MGFA, terdapat sekitar 10-15% orang dengan penyakit ini mempunyai tumor pada kelenjar timusnya. Tumor ini biasanya tumor jinak, dan selalu diambil agar tidak menjadi kanker yang ganas.<\/p>\n
Plasmapharesis disebut juga pergantian plasma. Dalam metode ini, antibodiyang berbahaya dalam tubuh akan dibuang dari darah, dan diharapkan kekuatan otot kembali membaik. Plaspapharesis termasuk terapi jangka pendek. Tubuh tetap akan memproduksi antibody berbahaya dan kelemahan dapat terjadi lagi. Pergantian plasma ini sangat membantu dan sering dilakukan sebelum dilakukan tindakan pembedahan atau saat pada kondisi kelemahan yang ekstrim.<\/p>\n
Immunoglobulin intravena atau IVIG, adalah produk darah dari donor berupa immunoglobulin. IVIG ini digunaka untuk menangani autoimun dari myasthenia gravis. Meskpun belum diketahui bagaimana mekanisme pastinnya, tetapi diketahui IVIG ini memiliki fungsi dan memperbaiki gejala.<\/p>\n
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan dirumah untuk memperbaiki gejala klinis, seperti :<\/p>\n
Prinsipnya, pengobatan ini dapat memperbaiki gejala. Beberapa individu dapat mengalami remisi sendiri. Bicarakan ke dokter terkait berbagai pengobatan dan sulemen yang anda terima. Beberapa obat dapat memperberat gejala. Sebelum minum obat baru, cek ke dokter dan pastikan obat tersebut aman.<\/p>\n
Komplikasi dari penyakit ini adalah krisis myastenia. Ini terjadi kelemahan otot pada otot pernafasan sehingga sangat mengancam jiwa. Segera konsultasikan ke dokter dan ke instalasi gawat darurat segera apabila anda mengalami sulit bernafas dan menelan. Seseorang dengan penyakit ni juga memiliki risiko tinggi berkembang penyakit autoimun lain seperti Systematik Lupus Eritematosus dan Reumtoid artritis serta penyakit autoimun lainya.<\/p>\n
Ditulis dan dirangkum dengan cinta, salam DokterMuslim.com<\/p>\n
Oleh: dr. M. Wiwid Santiko Myastenia gravis adalah penyakit neuromuscular yang mengakbatkan kelemahan di otot skeletal (otot lurik), yakni otot anggota gerak. Kelainan terjadi ketika hubungan antara sel saraf dan [Read more]<\/a><\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":2369,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[20],"tags":[1287,1286,1285],"newstopic":[],"yoast_head":"\n
\n<\/em><\/strong>Yogyakarta, 8 Juni 2017<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"