{"id":1699,"date":"2017-04-07T03:43:55","date_gmt":"2017-04-07T03:43:55","guid":{"rendered":"https:\/\/doktermuslim.com\/?p=1699"},"modified":"2017-06-21T04:50:09","modified_gmt":"2017-06-21T04:50:09","slug":"laringotrakeobronkitis-croup-batuk-rejan","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/doktermuslim.com\/laringotrakeobronkitis-croup-batuk-rejan\/","title":{"rendered":"Laringotrakeobronkitis (Croup) : Batuk Rejan"},"content":{"rendered":"
Laringotrakeobronkitis adalah adanya peradangan pada area saluran nafas tengah laring, trakea dan bronkus yang disebabkan\u00a0 parainfuenza virus tipe 1,2 dan 3 dan RSV (Respiratory syncitial Virus).<\/strong> Nama lainnya adalah croup atau batuk rejan.<\/p>\n Pada Laringotrakeobronkitis, terdapat inflamasi pada saluran airway, yang berefek pada anak-anak karena penyempitan diameter yang disebabkan mukosa yang edema, dan adanya inflamasi akan memicu resistensi airway sehingga didapatkan kesulitan bernafas.<\/p>\n Selama inspirasi, dinding spasium subglotik cenderung \u201clelah\u201d karena sulitnya bernafas, karena adanya obstruksi dan akan menghasilkan bunyi stridor karateristik dari croup.<\/p>\n Croup paling banyak ditemukan pada anak dengan usia 6 bulan sampai 3 tahun, dengan puncaknya pada musim gugur dan awal musim salju pada Negara 4 musim. Episode gejala biasanya diikuti dengan common cold (gejala masuk angin). Gejala reinfeksi biasanya terjadi, dan bersifat ringan.<\/p>\n Manifestasi klinis dari croup atau laringotrakeobronkitis adalah :<\/p>\n Table manifestasi klinis laringotrakeobronkitis<\/u><\/strong><\/p>\n Radiografi antoreioposterior pada leher sering dilakukan tetapi tidak selalu, dan ditemukan penyempitan subglotik, yang merupakan tanda khas croup dan disebut dengan steeple sign<\/strong>.<\/p>\n Pemeriksaan laboratorium rutin tidak terlalu berguna dalam menentukan diagnosis. Leukosistosis sering tidak terjadi dan menunjukkan epiglottitis atau bacterial trakeitis. Banyak rapid tes (PCR atau antigen) ada untuk memeriksa parainfluenza virus dan RSV.<\/p>\n Sensitivitas pemeriksaan imunoflouresensi indirek RSV sebesar 75-97%, sensitivitas dan nilai prediktif value untuk parainfluenza virus lebih kecil disbanding RSV.<\/p>\n Diagnosis dari croup biasanya ditentukan dengan manifestasi klinis. Stridor pada anak kurang dari 4 bulan atau gehala persisten lebih dari 1 minggu mengindikasikan ada lesi lain (subglotik stenosis atau hemangioma) dan membutuhkan laringoskopi.<\/p>\n Epiglotitis biasanya terjadi pada anak usia 1-5 tahun, dan merupakan emergensi karena risiko obstruksi tiba-tiba. Imunisasi Hib digali karena sering menjadi penyebab utama. Infeksi Hib sangat terlihat. Stridor sering muncul tetapi harus dibedakan dengan croup dengan\u00a0 onset tiba-tiba,\u00a0 progesifitas cepat, demam tinggi, muffle (suara tidak jelas) disbanding suara hoarsness, disfagia, susah tidur, sering duduk, mulut membuka dan sniffing position<\/strong> (jaw trust maju).<\/p>\n Radiologi lateral menunjukkan penebalan dan bulging epiglottis (thumb sign) <\/strong>dan menebal pada plika arytenoid. Diagnosis di konfirmasu dengan observasi langsng inflamasi dan pembengkkan pada struktur supraglotik, dan pembengkakan, Cerry-red epiglottitis<\/strong> dan dilakukan oleh dokter spesialis bedah dan anestiologi untuk dilakukan endotracheal tube atau tracheostomy di ruang operasi.<\/p>\n Epiglottitis membutuhkan intubasi endotracheal untuk menjaga airway dan terapi antibiotic. Recoveri klinis sangat cepat dan anak dapat di ekstubasi secara aman dalam 48-72 jam.<\/p>\n Bacterial trakeitis sangat jarang tetapi merupakan infeksi serius pada trachea yang dapat diikuti viral croup,dan sering disebabkan S. aureus. Gejala meliputi demam tinggi dengan batuk dan stridor. Diagnosis membutuhkan visualisasi pada saluran nafas tengah, dengan kultur mucus yang menbal, debris mucopurulen subglotik. Terapi meliputi intubasi endotracheal dan antibiotic.<\/p>\n Spasmodic croup dideskribsikan gejala croup yang muncul tiba-tiba, biasanya malam hari tetapi tanpa prodromal saluran respirasi atas. Episode ini sering rekurensi, dan biasanya durasinya pendek. Spasmodic croup lebih ringan dari viral croup, dan respon terapi relative lebih simple, seperti diberikan eksprosur sejuk dan kelembaban udara. Penyebabnya sampai saat ini belum diketahui pasti, tetapi diduga karena alergi.<\/p>\n Komplikasi dari croup yang paling sering muncul adalah pneumonia viral, yang terjadi pada 1-2% anak dengan croup. Parainfluenza pneumonia dan pneumonia bakteria sekunder sering terjadi terutama pada anak dengan imunocompromise (system imun turun).<\/p>\n Prognosis dari croup sangat baik. Penyakit biasanya sembuh dalam 5 hari. Selama pertumbuhan dan perkembangan anak, mereka menjadi kurang peka terhadap infeksi virus pada saluran nafas tengah.<\/p>\n Belum terdapat vaksin untuk virus parainfluenza dan RSV.<\/p>\n Kliegman RM, Marcdante KJ, Jenson, HB, 2006. Nelson : Essentials of Pediatrics, 5th edition, International Edition<\/u><\/em><\/strong>, Elsevier Saunders, Philadelphia.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" Laringotrakeobronkitis adalah adanya peradangan pada area saluran nafas tengah laring, trakea dan bronkus yang disebabkan\u00a0 parainfuenza virus tipe 1,2 dan 3 dan RSV (Respiratory syncitial [Read more]<\/a><\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":2454,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[25,31],"tags":[737,734,735,736,738,741,740,739,744,745,743,742],"newstopic":[],"yoast_head":"\n
\nEpidemiologi<\/u><\/strong><\/h3>\n
\nManifestasi Klinis<\/u><\/strong><\/h3>\n
\n
\n\n\n
\n Feature<\/strong><\/td>\n Viral Laringotrakeobronkitis<\/strong><\/td>\n Epiglotitis<\/strong><\/td>\n Bakterial Trakeitis<\/strong><\/td>\n Spasmodic croup<\/strong><\/td>\n<\/tr>\n \n Viral prodromal illness<\/td>\n ++<\/td>\n –<\/td>\n +<\/td>\n –<\/td>\n<\/tr>\n \n Umur rata-rata<\/td>\n 6-36 bulan (60%<24 bulan)<\/td>\n 3-4 tahun (25% <2tahun)<\/td>\n 4-5 tahun<\/td>\n 6-36 bulan (60%<24 bulan)<\/td>\n<\/tr>\n \n Onset illness<\/td>\n Gradual 2-3 hari<\/td>\n Akut (6-24 hari)<\/td>\n Akut (1-2 hari)<\/td>\n Tiba-tiba (saat malam)<\/td>\n<\/tr>\n \n Demam<\/td>\n +\/-<\/td>\n +<\/td>\n +<\/td>\n –<\/td>\n<\/tr>\n \n Toksisitas<\/td>\n –<\/td>\n +<\/td>\n ++<\/td>\n –<\/td>\n<\/tr>\n \n Stridor inspirasi<\/td>\n Keras<\/td>\n ringan<\/td>\n keras<\/td>\n keras<\/td>\n<\/tr>\n \n Drooling, neck hiperekstensi<\/td>\n –<\/td>\n ++<\/td>\n +<\/td>\n –<\/td>\n<\/tr>\n \n Batuk<\/td>\n ++<\/td>\n –<\/td>\n ++<\/td>\n ++<\/td>\n<\/tr>\n \n Sore troat<\/td>\n +\/-<\/td>\n ++<\/td>\n +\/-<\/td>\n –<\/td>\n<\/tr>\n \n Positif kultur darah<\/td>\n –<\/td>\n +<\/td>\n +\/-<\/td>\n –<\/td>\n<\/tr>\n \n Leukositosis<\/td>\n –<\/td>\n +<\/td>\n +<\/td>\n –<\/td>\n<\/tr>\n \n Rekurensi<\/td>\n +<\/td>\n –<\/td>\n –<\/td>\n ++<\/td>\n<\/tr>\n \n Hospitalisasi dan intubasi endotracheal<\/td>\n jarang<\/td>\n sering<\/td>\n sering<\/td>\n jarang<\/td>\n<\/tr>\n \n Keterangan : + : muncul, – : tidak ada, +\/- : bias muncul bias tidak, ++ : sering muncul.<\/td>\n<\/tr>\n<\/tbody>\n<\/table>\n
\nPemeriksaan Penunjang<\/u><\/strong><\/h3>\n
\nDiferensial Diagnosis<\/u><\/strong><\/h3>\n
\n
Epiglotitis<\/strong><\/h4>\n<\/li>\n<\/ol>\n
\n
Bakterial tracheitis<\/strong><\/h4>\n<\/li>\n<\/ol>\n
\n
Spasmodic croup<\/strong><\/h4>\n<\/li>\n<\/ol>\n
\nTabel diferensial diagnosis<\/u><\/strong><\/h3>\n
\n\n
\n Infeksi<\/strong><\/td>\n Non-infection condition<\/strong><\/td>\n<\/tr>\n \n Akut laringotracheobronkitis<\/td>\n Aspirasi benda asing<\/td>\n<\/tr>\n \n Epiglottitis<\/td>\n Edema angioneurotik<\/td>\n<\/tr>\n \n Faringitis<\/td>\n Spasmodic croup<\/td>\n<\/tr>\n \n Abses parapharingeal<\/td>\n Ingesti of caustic or hot fluid<\/td>\n<\/tr>\n \n Laringopharingeal diphtheria<\/td>\n Trauma, inhalasi asap rokok<\/td>\n<\/tr>\n \n Laryngeal papilomatosis<\/td>\n Laringomalasia<\/td>\n<\/tr>\n \n Ekstrinsik inflamantori mass compressing the trachea (seperti tuberculosis)<\/td>\n Congenital subglotik stenosis<\/td>\n<\/tr>\n \n Ekstrinsik inflamantori mass compressing the trachea (seperti higroma, hemangioma, malformasi vaskuler)<\/td>\n<\/tr>\n \n Hipokalsemia<\/td>\n<\/tr>\n \n Paralisis plika vocalis<\/td>\n<\/tr>\n<\/tbody>\n<\/table>\n
\nTatalaksana<\/u><\/strong><\/h3>\n
\n
\nKomplikasi<\/u><\/strong><\/h3>\n
\nPrognosis<\/u><\/strong><\/h3>\n
\nPencegahan<\/u><\/strong><\/h3>\n
\nReferensi<\/u><\/strong><\/h3>\n