Konjunctivitis adalah peradangan pada konjungtiva yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri), iritasi ataupun reaksi alergi. Konjunctivitis dapat menyerang semua umur dan dapat terjadi pada konjungtiva palpebra, forniks dan bulbi. Secara umum etiologi dari konjungtivitis adalah infeksi, alergi, iritasi, trauma dan idiopatik.
Tipe-tipe Sekret Konjunctivitis
Konjunctivitis dapat menimbulkan eksudat. Eksudat tersebut diantaranya dapat berupa serosa, mukoid, mukopurulen dan purulen.
Eksudat | Keterangan |
Serosa | Infeksi virus dan iritasi |
Mukoid | Pada konjunctivitis alergi |
Mukopurulen | Infeksi bakterial ringan dan klamidia |
Purulen | Infeksi bakteria berat dan gonorhea |
Membran dan Pseudomembran Konjunctivitis
Konjunctivitis juga dapat membentuk membran dan terjadi reaksi konjunctiva. Berikut penjelasannya dan jenisnya.
Jenis Membran | Keterangan |
Pseudomembran | Eksudat apabla dikelupas akan meninggalkan epitel yang utuh tanpa perdarahan seperti pada infeksi N. Gonorrhea. |
Membran | Eksudat apabila dikelupas akan meninggalkan epitel yang robek dengan perdarahan, seperti pada infeksi GABHS dan C. Diphteria. |
Reaksi pada konjunctivitis
Jenis reaksi pada konjunctiva yang dapat terjadi pada konjunctivitis adalah
Reaksi Konjunctiva | Keterangan |
Reaksi folikuler | Reaksi folikuler adalah reaksi yang terjadi pada usia di atas 6 bulan berupa hiperplasia jaringan limfoid, seperti vesikel, butir nasi ukuran 0,5-5mm dan bulla. Contohnya pada infeksi virus dan klamidia. |
Reaksi Papiler | Reaksi papiler adalah hiperplasia epitel konjunctiva berupa poligonal. Contohnya pada infeksi bakteri dan konjunctivitis vernal. |
MANIFESTASI KLINIS KONJUNCTIVITIS BAKTERIAL
Secara umum, pada pemeriksaan konjungtivitis bakterial didapatkan konjunctiva hiperemis, sekret purulen atau mukopurulen. Kadang disertai dengan membran atau pseudomembran di konjungtiva tarsa.
Kita harus curiga konjunctivitis gonorhea apabila terdapat pada bayi baru lahir, dan ditemukan konjunctivitisnya terjadi di kedua mata dan dengan sekret purulen yang sangat banyak
TIPE-TIPE KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
Tipe-tipe dari konjunctivitis sangat banyak, diantaranya bakterial, viral, neunatorum dan konjunctivitis alergi. Kali ini kita akan berfokus membahas konjunctivitis bakterial. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu per satu. Tipe-tipe konjunctivitis bakterial diantaranya:
1. Konjunctivitis bakterial sederhana
Konjunctivitis bakterial sederhana disebabkan oleh S. Aureus, s. Epidermidis, H. Influenza, S. Pneumoniae, M. Catarrhalis.
Gejala yang ditimbulkan berupa mata merah, sensasi benda asing, sekret purulen, atau mukopurulen, bersifat akut, terdapat reaksi papiler, terdapat fotophobia, terdapat kemosis.
2. Konjunctivitis gonococcal
Konjunctivitis gonococcal disebabkan oleh Nisseria Gonorrhea.
Gejala yang dirasakan berupa mata merah, sensasi benda asing, sekret purulen berat, hiperakut (terjadi dalam 12-24 jam), kemosis berat, pembengkakan limfonodi preaurikular, edema palpebra dan pseudomembran.
3. Konjunctivitis klamidia (Paratrakoma)
Konjunctivitis klamidia disebabkan oleh klamidia trakhomatis serotipe D-K.
Gejala yang dirasakan mata merah, sensasi benda asing, sekret mukopuruen, reaksi folikuler, kronis, unilateral, pannus, pembengkakan limfonodi preaurikuler, dan potensi kebutaan rendah.
4. Trakoma
Trakoma disebabkan oleh klamidia trakomatis serotipe A, B, Ba dan C.
Gejala yang ditimbulkan adalah mata merah, sensasi benda asing, reaksi folikuler, sekret mukopurulen, kronis, terdapat sikatriks, kadang dijumpai trichiasis, dan potensi terjadinya kebutaan sangat tinggi.
5. Konjunctivitis Neonatorum
Konjunctivitis neonatorum disebut juga ophtlamia Neonatorum, adalah peradangan bilateral pada konjunctiva pada infant (bayi), berusia kurang dari 30 hari.
Konjunctivitis neonatorum dapat disebabkan oleh senyawa kimia, seperti penggunaan antibiotik untuk profilaksis, dan penggunaan silver nitrat. Juga dapat disebabkan infeksi gonococcal, dimana infeksi ini bersifat hiperakut, sekretnya purulen, terjadi kemosis, dapat terbentuk membran dan pseudomembran dan dapat menyebabkan kebutaan.
Ketiga, dapat disebabkan oleh infeksi klamidia, dimana didapatkan sekret mukopurulen dan bersifat akut.
Agen Penyebab | Masa Inkubasi |
Senyawa kimia | 4-6 jam |
Gonococcal | 2-4 hari |
Bakerial lainnya | 4-5 hari |
Herpes simpleks | 5-7 hari |
Neonata inclusion konjunctivitis | 5-14 hari |
TATALAKSANA
Tatalaksana dan terapi dari konjunctivitis bakterial tergantung dari penyebab yang didapatkan. Menurut paduan klinis praktik dokter di layanan primer, infeksi bakteri konjunctivitis diberikan kloramfenikol tetes sebanyak 1 tetes 6 kali sehari atau salep mata 3 kali selama 3 hari.
Untuk konjunctivitis gonorhea, diberikan kloramphenikol tetes mata 0,5-1% sebanyak 1 tetes tiap jam dan suntikan pada bayi diberikan 50.000 IU/KgBB setiap hari sampai tidak ditemukan bakteri GO pada sediaan apus selama 3 hari berturut-turut.
Adapun dari sumber lain, dikatakan bahwa :
- Konjunctivitis bakterial diberikan salep kloramfenikol 3×1 selama 3 hari atau tetes mata kloramfenikol 6×1 selama 3 hari.
- Konjunctivitis gonococal dapat diberikan tetes mata kloramfenikol 0,5-1% 1 tetes setiap jamnya, injeksi Intramuscular Ceftriakson 125 mg single dose, dan doksisiklin 100 mg diberikan 2×1 selama 7 hari.
- Konjunctivitis klamidia, (Paratrakoma), dapat diberikan salep mata tetrasiklin 1% atau eritromicin 0,5% diberikan 4×1 selama 3 minggu, dan doksisiklin 100 mg 2×1 selama 7 hari.
- Trakoma diberikan dapat diberikan salep mata tetrasiklin 1% atau eritromicin 0,5% diberikan 4×1 selama 3 minggu, dan doksisiklin 100 mg 2×1 selama 7 hari.
- Konjunctivitis Neonatorum : Profilaksis dapat diberikan Salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% atau solusio silver nitrat 1% segera setelah lahir, Injeksi seftriakson 50 mg/kg (max dose 125 mg) IM atau IV pada bayi dari ibu yang terinfeksi gonokokal.
- Konjunctivitis Neonatorum :Kuratif dapat diberikan Senyawa kimia, self-limited, Infeksi Gonokokal diberikan Irigasi mata, salep mata basitrasin QID, penicillin G 100 U/kg/hari IV dalam dosis terbagi QID, seftriakson 75-100 mg/kg/hari IV/IM QID, sefotaksim 100-150 mg/kg/hari IV/IM BID, siprofloksasin atau norfloksasin 10-20 mg/kg/hari IV/IM , Infeksi klamidia dapat diberikansalep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% QID selama 3 minggu
Referensi
Narayana S, McGee S. 2015. Bedside Diagnosis of the ‘Red Eye’: A Systematic Review. Am J Med. 128 (11):1220-1224.e1
Smith AF, Waycaster C. 2009. Estimate of the direct and indirect annual cost of bacterial conjunctivitis in the United States. BMC Ophthalmol. 25. 9:13.
Tim Penulis, 2014. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. IDI: Jakarta