Filariasis atau Kaki Gajah

Filariasis

Filariasis adalah adanya infeksi yan disebabkan cacing denga spesies wucheria bancrofti, brugia malayi dan brugia timori dengan vector pembawa nyamuk. Cacing filarial sendiri termasuk family filaridaer dan dapat ditemukan dalam peredaran darah, limfe, jaringan, otot bahkan rongga serosa.

Hospes definitive dapat berupa kera, anjing dan manusia sedangkan hospes perantara adalah nyamuk. Filariasis paling banyak disebabkan oleh wucheria branchofti. Brugria timori hanya ditemukan di Indonesia bagian timur.

Bacaan Lainnya

Bagaimana Patogenesisnya?

Cacing dewasa di pembuluh limfatik akan menyebban inflamasi, dan inflamasi ini akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh llimfatik. Adanya obstruksi limfatik dan penurunan fungsi disebabkan proses imun penjamu yang menyebabkan proses granuomatosa dan proliferasi. Cacing dawasa yang menyumbat menyebabkan terjadi pelebaran pembuluh limfatik menjadi berliku-iku dan terjadi inkompetensi katup pembuluh limfatik.


Apa etiologi dan Penyebabnya?

Penyebab dari filariasis adalah 3 cacing, untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dan penjelasan berikut ini.

Pembeda W. Brancofti Brugia Malayi Brugia Timori
Vektor Culex (Kota), Anopheles/aides (desa) Mansonia, anopheles Anopheles
Lokasi Mikrofilaria darah darah Darah
Karateristik Mikrofilaria Tidak ada nucleus di ekor, selubung aseluler Terdapat nucleus terminal dan subterminal, selubung aseluler  
Lokasi Dewasa limfatik limfatik Limfatik

Wuchereria Branchofti

Cacing ini memiliki mikrofilaria yang ditemukan pada malam hari (nocturnal) dan ditularkan melalui nyamuk culex quinque fasciatus di perkotaan dan nyamuk anopheles/aides di pedesaan. Hidup dalam hospes nyamuk selama 2 minggu sedangkan pada hospes definitive manusia dapat selama 5 tahun.

Baca Juga:  Hidronefrosis : Gejala, Penyebab dan Pengobatan

Pada dasarnya mikrofilaria akan terisap oleh nyamuk, dan akan masuk ke lambung, bersarang di otot dada. Mikrofilaria selanjutnya menjadi larva stadium 1, kemudian bertukar menjadi larva stadium II dan akhirnya menjadi stadium III aktif.

Stadium III aktif ini sampai ke alat hisap nyamuk. Saat menggigit manusia, larva stadium III masuk dan tinggal di pembuluh limfatik, kemudian berkembang menjadi larva stadium IV dan V. Saat stadium V ini atau sudah dalam bentuk cacing dewasa, akan menyumbat pembuluh limfatik dan pembuluh darah.

Cacing dewasa akan memproduksi mikrofilaria yang kemudian meninggalkan cacing induk dan menembus dinding pembuluh limfatik menuju pembuluh darah terdekat dan akhirnya menyumbat.

Brugia Malayi dan Brugia Timori

Berbeda dengan wuchereria branchofti, mikrofilaria brugia malayi memiliki periodisitas nocturnal dan non periodic sedangkan brugia timori bersifat nocturnal. Daur hidup parasite dalam tubuh nyamuk sekitar 10 hari dan dalam tubuh manusia sekitar 3 bulan. Fase perkembangan mirip w. branchofti.

Brugia malayi hidup di manusia ditularkan oleh nyamuk anopheles sedangkan yang hidup pada manusia dan hewan ditularkan oleh nyamuk mansoni. Berbeda dengan brugia timor yang ditularan nyamu anopheles barbirostis.


Bagaimana Tanda dan Gejalanya?

Terdapat 3 stadium yakni stadium asimtomatik, stadium peradangan akut dan stadium penyumbatan. Hanya wuchereria branchofti yang diketahui sampai menyumbat daerah alat kelamin.

  1. stadium Asimtomatik

Ditemukan pembesaran pada inguinal kelenjar limfatik, dan pada pemeriksaan darah ditemukan mikrofilaria dalam jumlah banyak disertai kenaikan angka eosinophil (eosinophilia).

  1. stadium peradangan akut

Pada stadium ini terjadi inflamasi akut, demam menggigil, limfangitis, sakit kepala muntah dan kelemahan anggota tubuh. Berlangsung beberapa hari hingga minggu. Menyerang terutma di tungkai, ketiak, epitrochlear dan kelamin.

Baca Juga:  Hiperkalsemia : Gejala hingga Tatalaksana

Pada laki-laki dapat ditemukan funikulitis, epididymitis, orkitis dan pembengkakan skrotum. Ulkus dapat timbul dengan cairan serosanguin. Kadang diemukan hematuria dan proteinuria yang menunjukkan adanya gangguan ginjal.

  1. Stadium Penyumbatan

Pada stadium ini diteuukan hidrokel, limfedema, dan elephantiasis. Derajat limfadema yaitu :

Derajat 1 Piting edema tungki, kembali normal bila tungkai diangkat.
Derajat 2 Edema pitting dan nonpitting, tak dapat kembali dengan normal bila tungkai diangkat.
Derajat 3 Edema nonpitting, tak dapat kembali dengan normal bila tungkai diangkat, kulit terasa tebal
Derajat 4 Edema nonpitting dengan jaringan fibrosis dan verukosa kulit (elephantiasis).

Bagaimana cara Penegakkan Diagnosisnya?

Pada anamnesis tanyakan riwayat bepergian didaerah endemis filariasis. Tanda dan gejala sesuai penjelasan diatas.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembengkakan unilateral (elephantiasis) pada kaki, lengan, skrotum, vulva atau payudara. Kadang ditemukan hidrokel, kiluria apabila berkemih dan dapat menimbulkan wheezing, ronchi pada pemeriksaan paru-paru.

Pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis, eosinophilia. Pemeriksaan darah tepi ditemukan mikrofilaria, terutama pada hidrokel. Pengambilan sampel terbaik saat malam hari pukul 22.00 – 02.00. Pengambilan darah tebal dan tipis dapat di pulas dengan pewarnaan giemsa atau wright. Biopsi kelejar dapat ditemukan cacing dewasa, elisa dan ICT dapat ditemukan antigen filarial, dan dapat dilakukan pemeriksaan radiologi seperti USG Doppler dan limfostintigrafi dengan radionuklir.


Bagaimana Pengobatannya?

Berikut adalah tatalaksana di pusat pelayanan kesehatan primer, yaitu :

  1. pasien diistirahatkan dan dipindahkan ke daerah dingin agar mengurangi derajat serangan akut.
  2. antibiotic dapat diberikan apabila terdapat infeksi sekunder atau abses.
  3. dilakukan pengikatan didaerah bendungan untuk mengurangi edema.

Medikamentosa : diberikan DEC (Dietilcarbamzine) dengan dosis 6mg/kgBB/hari selama 12 hari. Pengobatan dapat diulang 1 hingga 6 bulan atau selama 2 hari perbulan dengan dosis 6-8 mg/kgBB/hari.

Baca Juga:  Penyakit Addison : Gejala hingga Tatalaksana

Surgery : dilakukan asprasi hidrokel, limfangioplasti, prosedur jembatan llimfe, graft kulit, eksisi radikal, transposisi flapt omentum, anastomosis pembuluh darah limfe kedalam dan bedah mikrolimfatik.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *